Anda di halaman 1dari 18

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PAI DI SD

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:

“Pembelajaran PAI SD”

Dosen Pengampu:

Dr. Septiana Purwaningrum, M.Pd.I

Disusun oleh Kelompok 7 Kelas 4-A:

1. Rika Ayu Lutfi Laili (932611819)


2. Afriel Mutiara Maharani (932612819)
3. Zufa Nihayatul Chusna (932614219)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur senantiasa kami curahkan kepada Allah Swt. yang telah memberi
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Problematika Pembelajaran PAI di SD” ini dengan tepat waktu. Tak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Septiana Purwaningrum, M. Pd.I selaku dosen pengampu
mata kuliah Pembelajaran PAI SD yang senantiasa membimbing kami dalam mengerjakan
makalah ini.

Kami selaku penulis, menyadari bahwa makalah memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 29 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Problematika Pembelajaran..............................................................................3


B. Macam-Macam Problematika Pembelajaran PAI..........................................................4
C. Problematika Pembelajaran PAI di SD...........................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................................13
B. Saran...............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya, mencakup


kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru sebagai
pendidik, serta mencakup pendidikan formal maupun pendidikan informal. Segi yang dibina
oleh pendidikan adalah seluruh aspek kepribadian. Dengan pendidikan diharapkan dapat
menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi
masa depan (Tafsir, 1997: 6). Dalam Undang- undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Syah, 2003: 1). Dalam hal ini pendidikan
merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi setiap manusia dalam menghadapi setiap
permasalahan hidup yang cenderung hedonis atau materialis. Apalagi kini masyarakat di
Indonesia perhatianya terhadap materi semakin besar sedangkan perhatian mereka terhadap
agama semakin kecil.

Pemahaman pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa masih mengalami


kendala yang sangat serius dan mendasar yaitu masih banyak terdapat beberapa peserta didik
yang belum bisa baca dan menulis Al-Qur’an. Minimnyapemahaman tersebut pada umumnya
ditengarai oleh pendidikan lingkungan keluarga. Pelaksanaan pendidikan Islam di Sekolah
Dasar di Indonesia masih mengalami banyak problem atau kendala yang meliputi pendidik
dimana sebagian besar dari mereka belum memahami cara mendidik yang benar, sehingga
sasaran dari pendidikan Islam yakni membentuk kesadaran kepada peserta didik dalam
mengamalkan syariat Islam dan berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari kurang
optimal atau belum sepenuhnya tercapai.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari problematika pembelajaran?
2. Bagaimana macam-macam problematika pembelajaran PAI?
3. Bagaimana problematika pembelajaran PAI di SD?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan definisi dari problematikan pembelajaran.
2. Mendeskripsikan macam-macam problematika pembelajaran PAI.
3. Mendeskripsikan problematika pembelajaran PAI di SD.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Problematika Pembelajaran

Istilah problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic" yang artinya
persoalan atau masalah. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia, problematika berarti hal
yang belum dapat dipecahkan atau hal-hal yang menimbulkan permasalahan.1 Adapun
masalah itu sendiri adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan Dengan kata
lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan
baik, agar tercapai hasil yang maksimal. Yang dimaksud dengan “problematika” adalah suatu
kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang membutuhkan penyelesaian atau
pemecahan.2

Secara etimologis, pembelajaran sering disebut dengan instruction dan ta’alun yang
bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan sesorag atau sekelompok orang melalui
berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah tujuan yang
telah direncanakan.3

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah yang dilakukan oleh pendidik dan
peserta didik. Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu
dalam kondisi tertentu pula sehingga menghasilkan respons terhadap situasi tertentu,
pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.4

Sejalan dengan Corey, Gagne mengemukakan istilah pembelajaran sebagai suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu proses belajar anak didik, yang dirancang sedemikian rupa
dan bertujuan untuk mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia
2
Abd. Muhith, “Problematika Pembelajaran Tematik Terpadu di MIN III Bondowoso”, Indonesian Journal of
Islamic Teaching Vol. 1 No. 1, 2018, h. 48
3
Suriadi, “Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Fiqih (Studi di MIN Sekuduk, Kecamatan Sejangkung,
Kabupaten Sambas)”, MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah Vol. 3 No. 1, 2017, h.3
4
Susiana, “Problematika Pembelajaran PAI di SMKN 1 Turen”, Jurnal Al Thariqah Vol 2 No.1, 2017, h.81

3
internal.5 Sedangkan J Drost mengatakan bahwa pembelajaran merupakan usaha yang
dilakukan untuk menjadikan orang lain belajar. 6

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses


komunikasi dua arah antara pendidik dan peserta didik yang dirancang sedemikian rupa dan
bertujuan menjadikan orang untuk belajar sehingga menghasilkan respons terhadap situasi
tertentu.

Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan problematika pembelajaran adalah suatu masalah yang terjadi selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.

B. Macam-Macam Problematika Pembelajaran PAI

1. Problematika Peserta Didik


Peserta didik merupakan salah satu pihak penting dalam kegiatan pembelajaran.
Peserta didik merupakan pihak yang memang disiapkan untuk mencapai tujuan dalam arti
dibimbing dalam peningkatan keyakinan dan pemahaman materi.
Di sisi lain, pendidikan itu berfungsi membentuk kepribadian peserta didik serta
mengembangkan agar mereka memiliki rasa percaya diri. Pendidikan bertujuan untuk
mewujudkan perkembangan yang sempurna dalam kehidupan saat ini maupun masa yang
akan datang, membantu untuk berinteraksi sosial, menumbuhkan kekuatan dan kempuan
dan memberikan sesuatu yang dimilikinya semaksimal mungkin. Selain itu, pendidikan
juga dapat menimbulkan kekuatan kreativitas, pencerahan, dan transparasi serta
pembahasan atau analisis di dalamnya.
Maka dari itu, problem atau masalah yang ada pada peserta didik perlu diperhatikan
untuk ditindaklanjuti sehingga tujuan pendidikan dalam pembelajaran dapat terealisasi
dengan baik.7
Adapun problem yang terdapat pada peserta didik adalah segala sesuatu yang dapat
mengakibatkan adanya kelambanan dalam belajar, antara lain adalah:
a) Sikap terhadap belajar
5
Muhith, Indonesian Journal of Islamic Teaching Vol. 1 No.1, h. 48
6
Susiana, Jurnal Al Thariqah, h.81
7
Susiana, Jurnal Al Thariqah, h. 75

4
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian terhadap sesuatu.
Adanya penilaian terhadap belajar berarti apakah peserta didik menerima, menolak,
bahkan mengabaikan materi yang disampaikan.
b) Motivasi belajar
Motivasi merupakan suatu dorongan dari dalam diri baik secara sadar maupun
tidak sadar untuk melakukan sesuatu. Motivasi belajar berarti dorongan dari dalam
diri peserta didik untuk belajar baik secara individu, kelompok, maupun dalam KBM
bersama pendidik. Yang menjadi problema adalah tinggi rendahnya tingkat motivasi
belajar peserta didik.
c) Konsentrasi belajar
Konsentrasi merupakan kemampuan untuk memusatkan perhatian terhadap
pembelajaran. Problemanya adalah apabila peserta didik memiliki konsentrasi rendah
dalam pembelajaran sehingga ia tidak bisa fokus saat pembelajaran berlangsung.
d) Kemampuan mengolah bahan belajar
Kemampuan mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk
meneria isi dan cara peroleha pelajaran sehingga menjadi bermakna bagi mereka.
Yang menjadi problema adalah apabila peserta didik kurang terampil dalam
mengolah bahan belajar sehingga ia tidak mampu memahami bahan belajar.
e) Kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemapuan menyimpan isi dan
pesan serta cara perolehan materi. Kemampuan menyimpan tersebut dapat
berlangsung dalam waktu pendek, berarti hasil belajar cepat dilupakan. Akan tetapi
apabila peserta didik dapat menyimpan perolehan hasil belajar dalam jangka waktu
yang lama berarti perolehan hasil belajar dapat diingat dalam jangka waktu yang lama
pula.
f) Kebiasaan belajar
Kebiasaan belajar peserta didik sangat berpengaruh dalam kegiatan
pembelajaran. Kebiasaan belajar yang buruk antara lain adalah sistem belajar “kebut
semalam”, belajar apabila akan ada ulangan, belajar dengan pamrih, serta belajar
hanya karena menuruti gengsi.

5
Problem-problem tersebut harus segera ditindaklanjuti oleh pendidik agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan rencana. Sedangkan untuk identifikasi
masalah, pendidik dapat menggunakan metode observasi, refleksi, serta bisa
menggunakann penelitian tindakan kelas.8

2. Problematika Pendidik
Salah satu pihak yang memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran
adalah guru atau pendidik. Pendidik yang bermutu dapat diukur dari beberapa faktor.
Salah satunya adalah kemampuan profesionalitas guru. Johnson mengemukakan
kemampuan professional guru mencakup: 1) penguasaan pembelajaran terkini atas
penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan bahan ajar
tersebut; 2) penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan
keguruan; 3) penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran siswa.
Tidak dapat dipungkiri, baik di Sekolah Dasar maupun di Madrasah Ibtida’iya masih
terdapat beberapa guru yang kurang profesional. Dalam pembelajaran, pendidik masih
menggunakan metode, model, strategi, atau pendekatan yang hanya itu-itu saja. Tidak
ada inovasi dalam pembelajaran. Hal ini bisa saja disebabkan kurangnya respon pendidik
dalam mengembangkan diri. Bahkan kemampuan pendidik dalam penguasaan
pengetahuan terhadap materi yang diajarkan masih jauh dari yang diharapkan. Sikap
enggan dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti iformasi
yang berkaitan dengan profesinya melalui berbagai macam media masih sangat jarang
dilakukan. Akibatnya mereka mengalami stuck dalam berinovasi.9

3. Problematika Kurikulum
Kualitas pendidikan di Indonesia juga disebabkan oleh sering berubahnya sistem
kurikulum di Indonesia. Kurikulum merupakan pijakan guru kemana arah
pembelajarannya, tujuan apa yang harus dicapai, perubahan tingkah laku apa yang harus

8
Muhith, Indonesian journal of Islamic Teaching, h. 56-57
9
Yuenti Sova Puspidalia, “Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI/SD dan Alternatif Pemecahannya”,
Cendekia Vol. 10 N0.1, 2012, h. 125.

6
dibenahi, serta bagaimana tindakan yang tepat yang harus dilakukan agar pembelajaran
dapat berlangsung tanpa adanya problema.10
Masalahnya terletak pada seringnya pergantian kurikulum. Tercatat, Indonesia telah
11 kali melakukan pergantian kurikulum. Namun perubahan itu hanyalah sebatas
perubahan nama saja tanpa mengubah esensi kurikulum. Pada tatanan praktik pendidikan,
kurikulum juga kurang memiliki sumber untuk pengembangan. Pengembangan sebuah
kurikulum tentu saja berdasarkan seumber prinsip, oleh karena itu untuk menunjukkan
dari mana asal mula lahirnya suatu prinsip pengembangan kurikulum. Sumber prinsip
pengembangan kurikulum yang dimaksud adalah data empiris, data eksperimen, dan akal
sehat.
Selain itu, kurikulum pendidikan di Indonesia relative kompleks. Apabila dilihat
dengan kurikulum di negara lain, kurikulumyang dipergunnakan di Indonesia terlalu
kompleks sehingga berakibat terhadap pengajar dan para peserta didik merasa terbebani
dengan segudang materi yang harus dikuasai, pengajar dan peserta didik harus bekerja
keras untuk menguasai dan mengajarkan materi yang telah ditargetkan sesuai standar
kompetensi menurut kurikulum. Hal ini membuat peserta didik tidak fokus terhadap satu
materi yang memang dibutuhkan untuk masa depan sesuai minat dan bakatnya dan guru
juga akan terbebani dengan pencapaian target materi yang terlalu banyak.11

4. Problematika Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19


Sejak pertama kali pemerintah mengumumakan kasus pertama Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19) pada Maret 2020 lalu, Indonesia dihadapkan pada masa
pandemi. Banyak sector yang terdampak akibat pandemic ini, tidak terkecuali sector
pendidikan. Karena itu Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
menerapkan kebijakan learning from home atau belajar dari rumah. Namun dalam
prakteknya, belajar dari rumah dengan sistem daring memiliki beberap problema, antara
lain adalah:

10
Nurul Afifah, “Problematika Pendidikan di Indonesia (Telaah dari Aspek Pembelajaran)”, Elementary Vol 1 Edisi
1, 2015, h. 44.
11
Siti Julaeha, “Problematika Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Karakter”, Jurnal Penelitian Pendidikan
Islam Vol. 7 No.2, 2019, h. 174

7
1. Konten materi yang disampaikan belum tentu bisa dipahami oleh semua peserta didik.
Hal ini disebabkan karena konten materi disajikan dalam bentuk e-book yang
disajikan per bab, materi berbentuk powerpoint, dan berbentuk video pembelajaran.
Mungkin materi bisa dipahami namun pemahaman peserta didik tidak komprehensif.
Mereka memahami berdasarkan tafsiran atau suduat pandang mereka sendiri.
2. Kemapuan guru terbatas dalam menggunakan teknologi pada pembalajaran daring.
Tidak semua guru mampu mengoperasikan gadget untuk mendukung kegiatan
pembelajaran.
3. Keterbatasan guru dalam mengontrol kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan
karena beberapa aplikasi yang digunakan tidak menyajikan menu yang lengkap
seperti forum diskusi untuk menjelaskan atau menanyakan materi. Kalaupun ada
menu tersebut, banyak dari peserta didik yang tidak memanfaatkannya dengan baik.
Peserta didik hanya mengisi daftar hadir kemudian tidak aktif lagi sampai
pembelajaran selesai.
4. Tidak semua peserta didik memiliki handphone untuk menunjang pembelajaran
daring. Kalaupun ada mungkin saja itu milik orang tua mereka sehingga
penggunaannya harus bergantian ataupun menunggu setelah orang tua mereka selesai
dengan kesibukannya.
5. Keterbatasan internet. Banyak dari peserta didik yang rumahnya merupakan wilayah
yang tidak terjangkau internet sehingga mereka kesulitan untuk mengakses
pembelajaran.
6. Pembelajaran daring yang berlangsung 1 tahun lamanya membuat peserta didik jenuh
sehingga mereka malas untuk belajar12

C. Problematika Pembelajaran PAI di SD


1. Definisi Problematika Pembelajaran PAI di SD

Pendidikan agama merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata “pendidikan” dan
“agama”. Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti proses pengubahan
sikap dan usaha yang mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
12
Asmuni, “Problematika Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 dan Solusi Pemecahannya”, Jurnal
Paedagogy: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol. 7 No. 4, 2020, h.283-285

8
Sedangkan pengertian agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kepercayaan
kepada Tuhan (dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban
yang bertalian dengan kepercayaan.
Menurut Muhaimin dan Rahman, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan
agama Islam melalui bimbingan, pengajaran, atau latihan dengan memperhatikan
tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
Berdasarkan PERMEN (Peraturan Menteri) No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
menyebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat menghasilkan manusia
ynag selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun
peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa
yang bermartabat. Manusia yang seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi
tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik
dalam lingkup local, regional, nasional, maupun global.
Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat didefinisikan sebagai usaha
sadar pendidik untuk mengarahkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan
keterampilan kepada peserta didik agar kelak menjadi manusia muslim yang bertakwa
kepada Allah Swt. berbudi luhur, berkepribadian utuh yang secara langsung memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.13
Problematika pembelajaran PAI dapat didefinisikan sebagai suatu masalah yang
terjadi selama kegiatan pembelajaran PAI yang bertujuan mencetak peserta didik yang
bertakwa kepada Allah Swt, berbudi dan berkepribadian utuh berlangsung.

2. Macam-Macam Problematika Pembelajaran PAI di SD

Sejumlah persoalan terkait dengan penyelenggaraan pembelajaran Pendidikan Agama


Islam dilapangan sehingga keefektifannya dipertanyakan. Berikut ini macam-macam
problematika dalam pembelajaran PAI di SD:
1) Aplikasi PAI di sekolah (umum) sangatlah minim. Secara umum, jumlah jam mata
pelajaran PAI rata-rata adalah 2 jam pelajaran per minggu. Dengan alokasi waktu
13
Susiana, Jurnal Al-Thariqah, h. 85

9
yang seperti itu, jelastidak mungkin untuk membekali peserta diidk dengan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memadai. Hal tersebut dapat terjadi
karena beberapa faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal dapat berupa:

a) Kurangnya dukungan dari orang tua yang mana kurang menyadari arti penting
pendidikan agama.

b) Situasi lingkungan sekitar sekolah yang toxic.

c) Dampak dari kemajuan teknologi yang melunturkan jiwa religi siswa.

Sementara faktor intenalnya berupa:

a) Kurangnya kemampuan guru menjadi tenaga professional pendidikan.

b) Hubungan antara guru agama dengan murid hanya bersifat formal di kelas saat
pembelajaran berlangsung.

c) Pendekatan pembelajaran masih terpaku pada orientasi tradisiona sehingga siswa


kurang meminati pelajaran agama.

d) Landasan perundangan yang menjadi dasar pijakan pengelolaan pendidikan


agama dalam sistem pendidikan belum mantap atau belum kuat.

2) Kurangnya inovasi dalam pembelajaran PAI di SD. Hal ini disebabkan guru PAI
tidak mau menjadikan beban sehingga pembelajaran PAI berlangsung dengan
sederhana tanpa adanya inovasi pembelajaran.

3) Teknik dalam evaluasi pembelajaran hanya seputar tes tulis yaitu pilihan ganda
(multiple choice), jawaban singkat (short answer), serta uraian (essay). Sedangkan tes
lisan (oral test) dan penilaian lain seperti sikap, minat, bakat, dsb. sangat jarang
digunakan. Ha tersebut berbanding terbalik dengan tujuan PAI yaitu lebih
menekankan affective domain dan psychomotor domain dibandingkan cognitive
domain.14

14
Saprin Efendi, Saiful Akhyar Lubis, Wahyuddin Nur Nasution, “Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama
Isam di SD Negeri 064025 Kecamatan Medan Tuntungan”, EDU RILIGIA Vol 2 No. 2, 2018, h. 266-267.

10
4) Kurangnya sarana prasarana penunjang pembelajaran seperti buku bacaan.
Kurangnya buku bacaan rupanya lebih parah dimiliki oleh sekolah swasta
dikarenakan pengadaan buku di swasta harus membeli sendiri menggunakan dana
BOS, namun dana tersebut terbatas denga keterbatasan jumlah siswa.15

5) Kurangnya kesiapan guru PAI dalam menerapkan Kurikulum 2013. Hal ini
dikarenakan pelatihan yang mereka ikuti hanya sebatas teori belum sampai pada
tataran bagaimana konkritnya di lapangan. Sehingga pembelajaran masing tercampur
antara Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013. Disamping itu kurangnya komitmen
dalam menjalani profesi sebagai guru.16

6) Kendala pembelajaran PAI di masa pandemic Covid-19 meliputi sulitnya siswa


menangkap atau memahami setiap materi selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
berlangsung, siswa menjadi kurang aktif saat kelas berlangsung, hingga sulitnya guru
mengontrol pembelajaran.17

3. Solusi dari Problematika Pembelajaran PAI di SD


1) Pihak sekolah menjalin relasi dengan pihak-pihak yang terkait seperti orang tua dan
masyarakat sekitar untuk membangun lingkungan yang healthy bagi perkembangan
peserta didik sehingga menunjang jiwa spiritualitasnya.
2) Pihak sekolah menjalin relasi dengan pihak-pihak terkait seperti dinas pendidikan
untuk membantu memberikan pelatihan kepada guru PAI agar melakukan inovasi
pembelajaran dan melatih kemampuan profesionalitas guru.
3) Guru lebih banyak membuat variasi dalam melakukan evaluasi pembelajaran PAI.
4) Guru lebih banyak memberikan stimulus atau rangsangan kepada peserta didik
sehingga pembelajaran PAI tetap dapat dilakukan meskipun tanpa sbuku bacaan
penunjang.

15
Syibran Mulasi dan Fedry Saputra, “Problematika Pembelajaran PAI pada Madrasaha Tsanawiyah Wilayah Barat
Selatan Aceh”, Jurnal Ilmiah ISLAM FUTURA Vol. 18 No. 2, 2019 h. 273
16
Arif Hidayatulloh, Wahidul Anam, Moh. Zainal Fanani, “ Problematika K-13 dalam Pembelajaran PAI”,
Edudeena Vol. 1 No. 2, 2017, h.70.
17
Afip Miftahul Basar, “Problematika Pembeajaran Jarak Jauh pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus di
SMPIT Nurul Fajri-Cikarang Barat-Bekasi”, Edunesia: Jurnal Ilmiah Pendidikan Vol. 2 No. 1, 2021,h. 212.

11
5) Guru harus bisa membangkitkan semangat dan perhatian siswa selama masa
pandemic, guru harus bisa membangkitkan minat belajar siswa, guru harus
membangun hubungan baik dengan siswa, guru harus mendalami karakter peserya
didik secara individual agar dapat melayani sesuai dengan kemampuannya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Problematika pembelajaran PAI dapat didefinisikan sebagai suatu masalah yang terjadi
selama kegiatan pembelajaran PAI yang bertujuan mencetak peserta didik yang bertakwa
kepada Allah Swt, berbudi dan berkepribadian utuh berlangsung.
Problematika pada pembelajaran PAI SD diantaranya adalah:
1. Kurang maksimalnya pembelajaran.
2. Kurangnya kemampuan kompetensi guru.
3. Kurangnya inovasi dalam pembelajaran PAI di SD.
4. Evaluasi pembelajaran PAI hanya seputar tes tulis.
5. Kurangnya sarana prasarana penunjang pembelajaran.
6. Kurangnya kesiapan guru untuk melaksanakan Kurikulum 2013.
7. Kendala di masa pandemic Covid-19 yang membuat pembelajaran terhambat.

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, untuk itu saran yang membangun sangat kami
harapkan untuk perbaikan dan pengembangan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Nurul. 2015. "Problematika Pendidikan di Indonesia (Telaah dari Aspek Pembelajaran)."

Elementary Vol 1 Edisi 1 41-47.

Asmuni. 2020. "Problematika Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 dan Solusi

Pemecahannya." Jurnal Paedagogy: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

Vol. 7 No. 4 281-288.

Basar, Afip Miftakhul. 2021. "Problematika Pembeajaran Jarak Jauh pada Masa Pandemi Covid-

19 (Studi Kasus di SMPIT Nurul Fajri-Cikarang Barat-Bekasi." Edunesia: Jurnal Ilmiah

Pendidikan Vol. 2 No. 1 208-218.

Efendi, Saprin, Saiful Akhyar Lubis, and Wahyuddin Nur Nasution. 2018. "Problematika

Pembelajaran Pendidikan Agama Isam di SD Negeri 064025 Kecamatan Medan

Tuntungan." EDU RILIGIA Vol 2 No. 2 265-275.

Hidayatulloh, Arif, Wahidul Anam, and Moh. Zainal Fanani. 2017. "Problematika K-13 dalam

Pembelajaran PAI." Edudeena Vol. 1 No. 2 63-73.

Julaeha, Siti. 2019. "Problematika Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Karakter." Jurnal

Penelitian Pendidikan Islam Vol. 7 No.2 157-182.

Muhith, Abd. 2018. "Problematika Pembelajaran Tematik Terpadu di MIN III Bondowoso."

Indonesian Journal of Islamic Teaching Vol. 1 No. 1, 45-61.

Mulasi, Syibran, and Fedry Saputra. 2019. "Problematika Pembelajaran PAI pada Madrasaha

Tsanawiyah Wilayah Barat Selatan Aceh." Jurnal Ilmiah ISLAM FUTURA Vol. 18 No. 2

269-281.

14
Puspidalia, Yuenti Sova. 2012. "Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI/SD dan

Alternatif Pemecahannya." Cendekia Vol. 10 No.1 111-134.

Suriadi. 2017. "Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Fiqih (Studi di MIN Sekuduk,

Kecamatan Sejangkung, Kabupaten Sambas)." MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah

Ibtidaiyah Vol. 3 No. 1 1-11.

Susiana. 2017. "Problematika Pembelajaran PAI di SMKN 1 Turen." Jurnal Al Thariqah Vol 2

No.1 73-88.

15

Anda mungkin juga menyukai