Anda di halaman 1dari 2

4.

4 C-Organik

Karbon merupakan sumber makanan mikroorganisme tanah, sehingga keberadaan unsur ini
dalam tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme sehingga meningkatkan proses dekomposisi
tanah dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan mikroorganisme, misalnya pelarutan P,
fiksasi N dan sebagainya (Utami dan Handayani, 2003; Masrun, 2018). Berdasarkan hasil
praktikum, didapatkan bahwa tanah sawah Payangan dan tanah Kebun Raya memiliki kadar C-
organik yang tergolong tinggi yaitu 4,832 dan 3,303. Sementara tanah Buleleng dan tanah
Gunung batur memiliki kadar C-organik yang rendah yaitu 1,618 dan 1,550.

Tingginya kandungan C-organik dipengaruhi oleh besarnya kandungan bahan organic tanah.
Penguraian bahan organic sendiri sangat dipengaruhi oleh aerase dan drainase tanah yang
berhubungan dengan pertukaran udara di dalam tanah, yang selanjutnya akan berpengaruh
terhadap aktivitas mikrobia tana dalam menguraikan bahan organic. Tingginya kadar C-organik
pada tanah sawah disebabkan oleh kandungan bahan organic pada sawah sangat tinggi. Tanah
sawah memiliki kondisi tanah yang tergenang hamper sepanjang tahun hingga menyebabkan
terhambatnya pelapukan bahan organic. Selain itu, tanah sawah memiliki fraksi liat yang tinggi
sehingga mempunyai daya pegang air yang besar serta pori aerase yang rendah. Menurut
Agustina et al. (2012) aerasi yang kurang baik berpengaruh terhadap aktivitas mikrobia tanah
dalam melapukkan bahan organic menjadi terhambat. Keadaan pertukaran udara yang tidak
lancer (semi aerob) pada pori mikro akan bepengaruh pada dekomposisi bahan organic, yaitu
bahan organic akan mengalami humifikasi sehingga dihasilkan senyawa-senyawa organik yang
tahan terhadap pelapukan (Stevenson, 1982; Agustina et al. 2012).

Pada tanah yang memiliki fraksi pasir yang tinggi seperti tanah Gunung Batur dan tanah
Buleleng menyebabkan tingginya kandungan pori makro didalamnya. Banyaknya pori makro
akan menyebabkan kondisi aerob yang akan mendorong terjadinya oksidasi bahan organic
menjadi mineral-mineral tanah. Menurut Hakim et al. (1986) dalam Agustina et al. (2012), tanah
yang didominasi oleh partikel berukuran besar (pasir) akan didominasi oleh pori makro yang
menyebabkan kondisi aerob yang mendorong oksidasi bahan organic menjadi mineral tanah
sehingga kadar C-organik pada tanah pasir menjadi sangat rendah.

Selain aerase dan drainase, kandungan C-organik juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat.
Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan bahwa kadar C-organik pada tanah Bedugul tergolong
tinggi. Hal ini disebabkan karena Bedugul memiliki ketinggian tempat 1.500 mdpl, dengan suhu
serta curah hujan yang tinggi sehingga mempengaruhi pelapukan bahan organic. Selain itu,
Bedugul didominasi oleh tanaman pohon maupun budidaya kopi yang menghasilkan seresah
yang tinggi sebagai sumber bahan organic. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ping et al. (2012)
dalam Supriadi et al. (2016), bahwa curah hujan yang tinggi serta suhu yang rendah di daerah
pegunungan akan meningkatkan jumlah serasah atau humus yang merupakan sumber utama
bahan organic. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Supriadi et al. (2016), dimana semakin
tinggi ketinggian tempat maka kandungan C-organik akan semakin tinggi. Pada daerah yang
lebih tinggi, proses dekomposisi serasah berjalan lambat sehingga terjadi akumulasi C-organik di
dalam tanah (Kidanemariam et al., 2012; Supriadi 2016).

Daftar Pustaka:

Masrun, Amira. 2018. Analisa Kadar C-Organik Pada Tanah dengan Metode Spektrofotometri di
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Skripsi. Program Studi D-3 Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan.

Supriadi, H., Enny Randriani, dan Juniaty Towaha. 2016. Korelasi Antara Ketinggian Tempat,
Sifat Kimia Tanah, dan Mutu Fisik Biji Kopi Arabika di Dataran Tinggi Garut. Jurnal TIDP. Vol
3 (1): 45 – 52

Tangkesik, A., et al. 2012. Kadar Bahan Organik Tanah pada Tanaha Sawah dan Tegalan di Bali
serta Hubungannya dengan Tekstur Tanah. Jurnal Agrotrop. Vol 2 (2): 101 – 107

Anda mungkin juga menyukai