Anda di halaman 1dari 14

Efektivitas Compassion-Focused Therapy terhadap Stres Dan

Nyeri Kepala pada Pasien dengan Tension-Type Headache

ABSTRAK
Pendahuluan: Tension headache menyumbang sekitar 80% dari semua kasus
nyeri kepala dan dikaitkan dengan penurunan produktivitas yang signifikan
dengan biaya sosial-ekonomi yang signifikan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui efektivitas dari compassion-focused therapy terhadap stres,
kemarahan dan nyeri kepala pada wanita dengan tension headache.
Metode: Metode penelitian ini adalah semi-eksperimental, dengan desain pretest-
posttest dan control and experiment groups. Populasi penelitian terdiri dari semua
pasien dengan tension headaches di Isfahan yang dirujuk ke klinik neurologi di
1397, di antaranya, 34 pasien dipilih dengan metode sampling yang tersedia dan
kemudian secara acak dibagi menjadi 2 kelompok eksperimental (17 pasien) dan
kelompok kontrol (17 pasien). Intervensi termasuk 8 sesi compassion-focused
therapy yang dilakukan selama 90 menit. Seluruh peserta dinilai dengan Harry
Stress Questionnaire (HSQ) Harry Rayan, Buss Perry Aggression Questionnaire
(BPAQ) Buss & Perry; dan Blanchard Headache Diary (BHD), sebelum dan
setelah intervensi.
Hasil: Analisis data dilakukan dengan analisis multivariat kovarians dan
menggunakan SPSS versi 24. Temuan menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara rata-rata skor post-test dari durasi dan derajat keparahan nyeri kepala pada
orang dengan tension headache dan stres pada subjek dengan tension headache di
kelompok eksperimen dan kontrol.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa compassion-focused
therapy dapat berpengaruh dalam menurunkan stres dan nyeri kepala pada orang
dengan tension headache.
Kata kunci: Tension headache, compassion-focused therapy, Stres, Kemarahan.

PENDAHULUAN
Tension-type headache adalah salah satu kasus nyeri kepala yang paling
umum (hampir 80%).1 Prevalensi tension-type headache telah tersebar luas di
seluruh dunia sejak tahun 1989.2 Tension-type headache disertai dengan
pengeluaran sosial dan ekonomi yang mencolok karena menurunkan efisiensi,
membebankan biaya pada organisasi kesehatan masyarakat dan penurunan
kualitas hidup yang signifikan.3 Menurut laporan organisasi kesehatan global,
tension-type headache termasuk dalam 10 penyakit yang memiliki tingkat
disabilitas tertinggi.4 Meskipun masalah yang disebabkan oleh tension-type
headache pada pasien, sebagian besar individu memilih menggunakan obat
psikoleptik OTC daripada mengikuti terapi mereka.5 Menggunakan psikoleptik
semacam itu mungkin efektif ketika mengalami tension-type headache. Namun,
setengah dari mereka yang mengalami chronic tension-type headache melaporkan
bahwa nyeri kepala mereka tidak terkendali. 6 Selain itu, mereka yang mengalami
periodical tension-type headaches yang telah menggunakan obat-obatan
psikoleptik untuk waktu yang lama, mendapatkan status yang disebut
"medication-overuse headache" (nyeri kepala akibat penggunaan obat yang
berlebihan), yang meningkatkan nyeri kepala dan diikuti dengan gangguan
psikologis sosial.
Sejauh ini, dalam sebagian besar upaya eksperimental dan teoretis, telah
digunakan Model biomedis untuk mengenali dan mengobati nyeri kepala.
Sementara itu, para peneliti dan ahli yang telah meneliti dan mengobati nyeri
kepala, telah menyadari bahwa jenis nyeri kepala yang dialami seseorang tidak
sesuai dengan pola biometrik medis.7 Adanya faktor psikologis seperti mengalami
gangguan dalam mengendalikan amarah8,9 gangguan tidur, tekanan psikologis,
gangguan perilaku, stres dan depresi telah disertai dengan tension-type headache.5
Di sisi lain, gangguan emosional, stres dan mental tension-type telah
dikenal sebagai faktor risiko tension-type headache 10. Walaupun faktor psikologis
yang disebutkan di atas telah disertai dengan tension-type headache, jika
kesejahteraan orang yang nyeri kepala dipertimbangkan, terapi psikologis pasien
akan menjadi sama pentingnya dengan kebutuhan terapi untuk mengurangi rasa
sakit35.
Intervensi psikologis tidak memiliki efek samping pengobatan medis.
Namun, hal ini mengurangi komplikasi psikologis-sosial dari tension-type
headache dan memberi edukasi tentang keterampilan yang diperlukan untuk
mengendalikan penyakit ini.34,35 Meskipun, terapi psikologis lebih lambat daripada
terapi medis, terapi semacam ini mempengaruhi penyakit untuk jangka waktu
yang lebih lama (untuk beberapa tahun) tanpa mengharuskan pasien untuk
berpartisipasi dalam sesi reguler atau merujuk ke klinik. Intervensi cognitive-
behavioral seperti program stress management dapat mengurangi tension-type
headache secara efektif. Namun, metode ini efektif saat diintegrasikan dengan
biofeedback atau terapi relaksasi pada pasien dengan tingkat masalah sehari-hari
yang lebih tinggi.31
Baru-baru ini, preferensi pola cognitive-behavioral ke pola tradisional
dari "the third wave on the behavioral-cognition treatment" telah diuji, yang
berfokus pada peningkatan kemampuan pasien untuk menerima dan mentoleransi
kondisi negatif.11 Penelitian telah menunjukkan bahwa sebagian besar orang,
terutama mereka yang memiliki ciri-ciri seperti rasa malu dan self-criticism,
terlepas dari kemampuan mereka untuk melakukan tugas cognitive-behavioral,
memiliki respon terapi yang lemah. Bukti yang berkembang menggambarkan
bahwa "self-compassion therapy" memiliki peran penting dalam membantu
mengendalikan manajemen stres dan masalah terkait perilaku yang
membahayakan terapi penyakit kronis. Selain itu, terapi self-compassion
membantu kehidupan yang sejahtera dan memfasilitasi pengelolaan penyakit
secara mandiri (self-management).12,13 Menurut hasil penelitian, compassion dapat
digunakan sebagai faktor utama ketika mengobati tekanan fisiologis. 14 Selain itu,
penelitian telah menunjukkan bahwa compassion-focused therapy memiliki efek
positif dalam mengurangi rasa sakit dan tekanan fisiologis pada pasien yang
menderita nyeri punggung kronis.15 Lebih lanjut, hasil penelitian menunjukkan
peningkatan strategi komparatif karena melakukan compassion-focused
practices.33 Penggunaan self-compassion telah disarankan sebagai strategi
komparatif sambil berdamai dengan emosi negatif. 11 Gilbert percaya bahwa
compassion-focused therapy dapat digunakan sebagai kerangka kerja yang di
dalamnya dapat berfokus pada intervensi psikologis lainnya, karena sistem afiliasi
yang merangsang, efek intervensi psikologis mungkin telah meningkat. 32
Mengenai peran stres sebagai faktor risiko utama tension-type headache7,16,17 serta
peran efektif dari compassion-focused therapy dalam mengurangi stres12,13 dan
meningkatkan strategi komparatif18,19, penelitian ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan berikut :
Apakah compassion-focused therapy efektif untuk mengurangi stres dan
nyeri kepala pada orang yang mengalami nyeri kepala kronis?

BAHAN DAN METODE


Desain penelitian ini adalah quasi-experimental yang memiliki pre-test
dan post-tests serta kelompok kontrol. Populasi statistik penelitian ini mencakup
semua orang yang mengalami tension-type headache yang dirujuk ke klinik saraf
rumah sakit Alzahra di Esfahan pada tahun 2019. Penelitian ini memilih klinik
saraf rumah sakit Alzahra di antara klinik saraf Esfahan. Setelah berkoordinasi
dengan bagian manajemen klinik ini, mereka yang didiagnosa memiliki tension-
type headache oleh para ahli neurologi, termasuk 34 orang (mereka yang
memenuhi kriteria inklusi), yang dipilih melalui convenient sampling. Kemudian,
mereka secara acak diklasifikasikan menjadi dua kelompok : eksperimen (17
orang) dan kontrol (17 orang). Perlu dicatat bahwa peserta laki-laki dieksklusikan
dari penelitian karena tidak kooperatif. Karena pengurangan sampel, 12 orang
dimasukkan dalam kelompok eksperimen dan 17 orang tetap di kelompok kontrol.

Kriteria Inklusi
Pasien dengan tension-type headaches yang berusia 30-60 tahun dan tidak
memiliki gangguan psikologis atau penyakit fisik selain tension-type headaches
dalam 12 bulan terakhir.

Kriteria Eksklusi
Tidak mengikuti sesi terapi lebih dari 2 kali dan tidak kooperatif selama
sesi termasuk di antara kriteria eksklusi.
Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Harry's
Stress Questionnaire (HSQ) (2005). Kuesioner ini mengukur jumlah stres dalam
berbagai kondisi kehidupan dan mencakup 39 pertanyaan. Dalam penelitian
Adineh20, Cronbach’s alpa telah digunakan untuk memperkirakan reliabilitas
kuesioner ini. Untuk mengevaluasi validitas kuesioner digunakan metode internal
consistency antar pertanyaan. Akhirnya, konsistensi internal dari seluruh ujian,
yaitu Cronbach alpha digunakan. Hasil yang diperoleh sesuai dengan :
Hasil penelitian sebelumnya (Tabel 1) menunjukkan bahwa koefisien
Cronbach alpa yang dihitung adalah sebesar 0,887. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kuesioner ini memiliki validitas yang cukup. Artinya
jawaban-jawaban tersebut tidak diberikan secara kebetulan dan tidak sengaja,
yang menunjukkan validitas kuesioner yang tinggi. Instrumen lain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Blanchard Headache Diary (BHD) (1992),
yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi nyeri kepala dalam satu hari.
Dengan menggunakan kuesioner ini, diperoleh ukuran yang terkait dengan tiga
indeks nyeri kepala (frekuensi, intensitas dan durasi). Skor dari tes ini terdiri dari
berbagai skor yang diperoleh sebanyak 4 kali dalam sehari selama 1 bulan
mengenai jumlah nyeri kepala yang dialaminya ditinjau dari tiga indeks frekuensi,
intensitas dan durasi nyeri kepala. Indeks frekuensi nyeri kepala termasuk
frekuensi yang dilaporkan oleh penguji tentang nyeri kepala yang dialami selama
28 kali, dan 4 kali dalam tujuh hari seminggu. Dengan demikian, diperoleh skor
antara 0 hingga 28. Rata-rata intensitas sakit kepala yang dilaporkan mingguan
telah dianggap sebagai indeks intensitas berdasarkan skala Likert dalam 5 derajat
(berkisar antara 1 hingga 5). Rerata terkait diperoleh dengan membagi skor
intensitas nyeri kepala dengan frekuensi nyeri kepala. Rerata mengalami nyeri
kepala diperoleh melalui penjumlahan lama waktu mengalami nyeri kepala dalam
satuan jam dibagi frekuensi mengalami nyeri kepala.
Tabel 1. Reliabilitas dari Herry’s inventory stress
Nilai Nilai Cronbarch alpha Jumlah
Alpha berdasaran analisis standard
0.887 0.886 39

Untuk menganalisa data dan menginvestigasi normalitas data yang


terdistribusi, digunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Tabel 2).
Seperti yang diamati pada (Tabel 2), mengingat fakta bahwa nilai uji
Kolmogorov-Smirnov tidak signifikan dalam skor rata-rata stres, kemarahan dan
durasi, intensitas dan frekuensi nyeri kepala pada individu yang mengalami
tension-type headache, asumsi statistik distribusi normal populasi dapat diterima
dengan Confidence Level 0,95.
Tabel 2. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov. Berasumsi bahwa data
terdistribusi normal berdasarkan indeks stress, durasi, dan intensitas
tension-type headache
Variabel Statistik Level Signifikansi
Stress 1.01 0.24
Durasi Nyeri Kepala 0.666 0.57
Intensitas Nyeri Kepala 1.24 0.1
Frekuensi Nyeri Kepala 0.91 0.29

Di antara peserta dalam penelitian ini, beberapa memiliki pendidikan


diploma pada kelompok eksperimen (66,7%) dan kelompok kontrol (47,1%) dan
beberapa memiliki gelar sarjana di kelompok eksperimen (33,3%) dan kontrol
(52,9%). Sedangkan pada kelompok eksperimen frekuensi tertinggi terdapat pada
kelompok usia 30-38 tahun dan pada kelompok kontrol frekuensi tertinggi
terdapat pada dua kelompok usia yaitu 39-47 dan 48-56 tahun. Di sisi lain,
frekuensi tertinggi pada kelompok eksperimen (58,3%) dimiliki oleh individu
lajang dan pada kelompok kontrol (58,3%) dimiliki oleh yang sudah menikah.
Untuk menyelidiki efek dari compassion-focused therapy terhadap stres,
intensitas, durasi dan frekuensi nyeri kepala pada individu yang mengalami
tension-type headaches, multiple variate covariance analysis digunakan dalam
(Tabel 3)

Tabel 3. Rangkuman Isi dari Compassion-Focused Therapy (Gilbert, 2010)


Sesi Satu Sesi Dua Sesi Tiga Sesi Empat
 Perkenalan anggota  Mendapatkan feedback  Mendapatkan feedback  Mendapatkan
grup sesi pertama dari sesi sebelumnya feedback dari sesi
 Menggambarkan  Menyelidiki hubungan  Menjelaskan dan sebelumnya
masalah dan tanda- budaya dan sebelumnya mengklarifikasi model  Mengajarkan
tanda saat ini  Kisah hidup menurut (pikiran yang bagaimana hidup dari
 Memvalidasi diri sendiri berkembang) siklus pikiran lama,
masalah saat ini  Sikap terhadap ingatan  Membedakan antara pikiran baru dengan
 Menciptakan emosional utama dari apa yang salah dan mindfulness
hubungan terapi referensi tentang diri tanggung jawabmu  Melatih mindfulness
 Menentukan tugas mereka sendiri dan  Menentukan tiga  Mendapatkan
 Mendapatkan orang lain lingkaran feedback dari latihan
feedbacks  Konseptualisasi resmi  Konseptualisasi yang  Menjelaskan
dari empat domain diperbarui keuntungan
 Menentukan strategi  Diagram pikiran pengenalan pikiran
untuk mengatur  Latihan presentasi ketiga dan
referensi emosi penggunaannya
(larangan, renungan  Latihan presentasi
pikiran, penyalahgunaan
obat ...)
Sesi Lima Sesi Enam Sesi Tujuh Sesi Delapan
 Mendapatkan  Mendapatkan feedback  Mendapatkan feedback  Observasi ulang
feedback dari sesi dari sesi sebelumnya dari sesi sebelumnya konseptualisasi
sebelumnya  Formulasi latihan terapi  Memperkenalkan acuan sebelumnya sambil
 Mengklarifikasi melalui eksperimen dengan alasan yang memperbaiki latihan
sistem pertahanan, observasional dan penuh kasih dan informasi baru
motivasi, dan perilaku (coompassionate) dan  Menciptakan dan
keamanan terkait  Menggerakkan self- menciptakannya di mengatur praktik
acuan kehidupan kindness acuan terapi
 Menjelaskan sistem  Berlatih mindfulness  Memperkenalkan tipe  Mempraktikkan
limbik dan peran (mendapatkan kebaikan competitor-self dengan hidup
efektifnya dalam dari orang lain dan diri sendiri  Bersiap untuk
menciptakan bersikap baik kepada  Melatih mindfulness mengakhiri sesi
emosi, bahkan orang lain)  Mendapatkan umpan (menulis surat yang
ketika stimulator  Mendapatkan umpan balik tentang latihan baik)
utama kurang balik dari latihan  Mengenali nilai-nilai
 Menjelaskan  Latihan presentasi dalam berbagai bidang
kebaikan kepada kehidupan
diri sendiri dan  Metafora hari yang
orang lain indah
 Melatih  Mengedukasi tipe
mindfulness perilaku kebaikan
 Mendapatkan (perhatian kebaikan,
umpan balik dari imajinasi kebaikan,
latihan pengalaman emosional
 Latihan presentasi tentang kebaikan)
 Latihan presentasi

HASIL
Hasil dari penelitian ini disajikan berdasarkan hipotesis penelitian.
Hipotesis pertama : Compassion-focused therapy mempengaruhi stres individu
yang mengalami tension-type headache, disajikan pada (Tabel 4).
Tabel 4. Hasil dari uji Levin, berasumsi bahwa varian skor stres pada orang
dengan tension-type headache adalah homogen.
Variabel Nilai F Derajat Derajat Level
Kebebasan 1 Kebebasan 2 Signifikansi
Stress 1.79 1 27 0.19

Nilai F yang diamati untuk uji Levin tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara varians skor stres orang yang mengalami tension-type headache
pada tingkat α = 0,05. Oleh karena itu, hipotesis nol, dengan asumsi homogenitas
varian data diterima pada (Tabel 5).
Tabel 5. Hasil dari uji Box mengenai skor stress orang yang mengalami
tension-type stress
Variabel Nilai F Derajat Derajat Level
Kebebasan 1 Kebebasan 2 Signifikansi
Stress 1.43 1 4.29 0.12

Nilai F yang diamati untuk uji Box tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara varians skor stres orang yang mengalami tension-type headache
pada tingkat α = 0,05. Oleh karena itu, setelah mengkonfirmasi ekuivalensi
varians antara dua kelompok, menjadi mungkin untuk menggunakan analisis
kovarians untuk analisis inferensial data.

(Tabel 6) menunjukkan bahwa nilai F yang diamati pada tingkat α = 0,05


memiliki perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata post-test mengenai stres
pada orang yang mengalami tension-type headache pada kelompok eksperimen
dan kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa compassion- focused
therapy memiliki pengaruh terhadap penurunan stres orang yang mengalami
tension-type headache. Intensitas dari pengaruh variabel stres pada orang yang
mengalami tension-type headache adalah 0,70 pada post-test, ini berarti bahwa
70% dari skor post-test variabel pengurangan stres orang yang mengalami
tension-type headache dikaitkan dengan keanggotaan kelompok (efek dari
compassion- focused therapy). Kekuatan statistik 1 menunjukkan bahwa volume
sampel cukup untuk menguji hipotesis ini.
Tabel 6. Hasil dari analisis kovarians mengenai efek dari compassion-focused therapy terhadap
stress pada orang yang mengalami tension-type headache
Sumber Derajat Level Jumlah Kekuatan
Jumlah Rata-rata Nilai F
data Kebebasan Signifikansi Efek Statistik
Pre-test 6019.44 1 6019.44 38.25 0.001 0.59 1
Post-test 9449.74 1 9449.74 60.05 0.001 0.70 1

Hipotesis penelitian kedua: Compassion- focused therapy mempengaruhi nyeri


kepala orang yang mengalami tension-type headache.
Untuk menganalisis hasil yang terkait dengan hipotesis ketiga, skor nyeri
kepala pada mereka yang mengalami tension-type headaches, telah disajikan
dalam tiga bagian : durasi, intensitas dan frekuensi pada (Tabel 7).

Tabel 7. Hasil uji Levin, dengan asumsi homogenitas varians skor


durasi, intensitas dan frekuensi nyeri kepala pada orang yang
mengalami tension-type headace
Derajat Derajat Level
Variabel Nilai F
Kebebasan 1 Kebebasan 2 Signifikansi
Durasi
1.98 1 27 0.17
Nyeri Kepala
Intesitas
1.92 1 27 0.18
Nyeri Kepala
Frekuensi
0.87 1 27 0.32
Nyeri Kepala
Nilai F yang diamati untuk uji Levin tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara varians skor durasi, intensitas dan frekuensi nyeri kepala pada
orang yang mengalami tension-type headaches pada tingkat α = 0,05. Dengan
demikian, hipotesis nol, dengan asumsi homogenitas varians data telah diterima
pada (Tabel 8).
Nilai F yang diamati untuk uji Box tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan pada tingkat = 0,05 terhadap skor durasi, intensitas dan frekuensi nyeri
kepala orang yang mengalami tension-type headaches. Oleh karena itu, setelah
menyetujui kesetaraan varians antara dua kelompok, dimungkinkan untuk
menggunakan analisis kovarians untuk analisis inferensial data.

Tabel 8. Hasil uji Box mengenai skor durasi, intensitas dan frekuensi
nyeri kepala pada orang yang mengalami tension-type headace
Derajat Derajat Level
Variabel Nilai F
Kebebasan 1 Kebebasan 2 Signifikansi
Durasi
0.61 1 2.10 0.75
Nyeri Kepala
Intesitas
1.72 1 5.01 0.19
Nyeri Kepala
Frekuensi
1.98 1 5.57 0.14
Nyeri Kepala
Berdasarkan hasil (Tabel 9), nilai F yang diamati menunjukkan perbedaan
yang signifikan antara skor rata-rata post-test durasi nyeri kepala serta intensitas
pada orang yang mengalami tension-type headaches pada kelompok eksperimen
dan kontrol. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa compassion-focused
therapy berpengaruh terhadap penurunan durasi dan intensitas nyeri kepala pada
mereka yang mengalami tension-type headaches. Besarnya pengaruh variabel
durasi dan intensitas nyeri kepala orang yang mengalami tension-type headaches
masing-masing 0,51 dan 0,35 pada post-test. Hal ini berarti bahwa 51% dan 35%
dari skor post-test mengenai pengurangan variabel kemarahan pada orang yang
mengalami tension-type headaches berhubungan dengan keanggotaan kelompok
(efek compassion- focused therapy). Kekuatan statistik 1 menunjukkan bahwa
volume sampel cukup untuk menguji hipotesis ini. Sementara itu, tidak ada
perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata post-test mengenai frekuensi nyeri
kepala pada orang yang mengalami tension-type headache pada kelompok
eksperimen dan kontrol.
Tabel 9. Hasil dari multivariate covariance analysis dan efek dari compassion-focused therapy
terhadap durasi, intensitas, dan frekuensi nyeri kepala pada orang yang mengalami tension-type
headache
Derajat Rata- Level Jumlah Kekuatan
Sumber data Jumlah Nilai F
Kebebasan rata Signifikansi Efek Statistik
Kelompok (post-
test durasi nyeri 6.72 1 6.72 15.35 0.001 0.51 1
kepala)
Kelompok (post-
test intensitas 3.70 1 3.70 11.97 0.002 0.35 1
nyeri kepala)
Kelompok (post-
test frekuensi 0.15 1 0.15 2.05 0.22 0.07 0.29
nyeri kepala)

DISKUSI
Hasil dari efek compassion- focused therapy terhadap pengurangan stres
orang yang mengalami tension-type headaches menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata post-test pada mereka yang
mengalami tension-type headaches baik pada kelompok eksperimen maupun
kontrol. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa compassion- focused therapy
mempengaruhi penurunan stres pada mereka yang mengalami tension-type
headaches. Besarnya pengaruh variabel stres pada mereka yang mengalami
tension-type headaches sebesar 0,70 pada post-test. Ini berarti bahwa 70% dari
skor post-test variabel stres orang yang mengalami tension-type headaches
berhubungan dengan keanggotaan kelompok (efek dari compassion- focused
therapy).
Temuan pada penelitian ini mengenai pengurangan stres melalui efek
compassion-focused therapy sesuai dengan temuan Berin et al.21 Hal ini
menunjukkan bahwa self-compassion therapy dapat berperan sebagai faktor
protektif terhadap perubahan fisiologis yang disebabkan oleh stres. 37,40 Self-
compassion therapy pada remaja menunjukkan reaktivitas alpha-amilase saliva
yang rendah (penanda aktivasi sistem saraf simpatik) dalam kaitannya dengan
tekanan/stres psikologis yang berulang. Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan
dengan hasil Lutz, Brefczynski-Lewis, Johnstone dan Davidson. Mereka
menyatakan bahwa compassion-focused therapy dan loving-kindness meditation
mungkin dapat menurunkan stres. Selain itu, hasil penelitian oleh Hofmann,
Grossman dan Hinton menunjukkan bahwa loving-kindness meditation dan
compassion-focused therapy meningkatkan emosi positif, menurunkan emosi
negatif dan stres. Hasil penelitian kami ini mengenai penurunan stres melalui
compassion-focused therapy menegaskan fakta ini.
Untuk memperjelas hasil penelitian ini, pertama-tama perlu dijelaskan
bahwa otak memiliki tiga sistem utama untuk regulasi emosi: sistem mengancam
dan melindungi diri (threatening system and protecting self), sistem stimulator
penggerak (driving stimulator system), sistem kelancaran serta kepuasan dan
keamanan (smoothening system, satisfaction and security). Operasi yang
seimbang dan konsisten dari sistem yang disebutkan di atas saat berinteraksi satu
sama lain menjamin kesehatan psikologis individu. Ciri-ciri yang terkait dengan
masyarakat modern saat ini, secara berlebihan merangsang threating system and
driving stimulator system manusia. Faktor-faktor seperti pekerjaan yang tidak
konsisten, kemiskinan, sikap masyarakat terhadap androgenisme, teknologi dan
pendidikan, hal tersebut menstimulasi threatening system. Selain itu, faktor-faktor
seperti kemewahan, migrasi, pencapaian posisi khusus dan peringkat sosial,
merangsang driving system.24,38 Stimulasi threatening system yang berlebihan
akan menghasilkan ledakan stres, kecemasan dan kemarahan pada manusia. 25 Di
sisi lain, meskipun driving stimulator system menekankan pada emosi dan
motivasi positif, terkadang beberapa motivasi dan tujuan orang seperti
mendapatkan posisi, kenyamanan, diakui dan menghadapi masalah, dapat menjadi
ancaman di kemudian hari. Pada saat itu, threatening system bertindak melawan
stres, kecemasan, dan kemarahan.31 Sebaliknya, smoothening system, satisfaction
and security memungkinkan manusia untuk mendapat kedamaian dan ketenangan.
Hal ini membantu mereka untuk mendapatkan keseimbangan lagi.32 Sistem ini
adalah pusat fokus utama saat mengajarkan compassion. Sistem mental yang
menghasilkan kedamaian dan keamanan adalah seperti sistem yang memberikan
emosi damai yang terkait dengan kepuasan dan keinginan melalui pelepasan
endorfin. Hormon eksotoksin juga terkait dengan emosi kesejahtreaan sosial, yang
membantu kita merasakan kehidupan yang lebih baik melalui endorfin. Bukti
yang berkembang menunjukkan bahwa eksotoksin berkaitan dengan dukungan
sosial dan melindungi Anda dari stres.26,39 Eksotoksin juga mempengaruhi proses
ancaman (threatening) di amygdala.24 Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan compassion-focused therapy dalam penelitian ini
menyeimbangkan kinerja dua sistem yaitu threatening and driving systems serta
menurunkan komplikasi akibat stimulasi berlebihan seperti stres dan kecemasan.
Hal ini akan mungkin dilakukan melalui upaya untuk menempatkan security
system dengan cara membayangkan tempat yang aman, compassion dengan terapi
self-experience dan self-compassion berdasarkan ketenangan fisik dan
mindfulness.
Hasil penelitian mengenai efek dari compassion-focused therapy terhadap
penurunan nyeri kepala orang yang mengalami tension-type headche dalam tiga
bagian : durasi, intensitas dan frekuensi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara rerata skor post-test durasi dan intensitas nyeri kepala pada
orang yang memiliki tension-type headche pada kelompok eksperimen dan
kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa compassion-focused therapy
berpengaruh terhadap penurunan durasi dan intensitas nyeri kepala pada orang
yang mengalami tension-type headache. Jumlah efek dalam variabel durasi dan
intensitas nyeri kepala orang yang mengalami tension-type headache masing-
masing adalah 0.51 and 0.35 dalam post-test. Ini berarti bahwa 51% dan 35% dari
skor post-test variabel durasi dan intensitas nyeri kepala orang yang mengalami
tension-type headache berhubungan dengan keanggotaan kelompok (efek dari
compassion-focused therapy). Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara
skor rata-rata post-test mengenai frekuensi nyeri kepala orang yang mengalami
tension-type headache. Dengan demikian, dapat disebutkan bahwa compassion-
focused therapy tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan
frekuensi nyeri kepala pada orang yang mengalami tension-type headache.
Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan Cathcart et al. 1 mengenai
penurunan nyeri kepala terkait dengan compassion-focused therapy. Hal ini
menunjukkan bahwa terapi mindfulness jangka pendek dapat dianggap sebagai
intervensi yang efektif untuk chronic tension-type headache. Selain itu, hasil
penelitian yang dilakukan oleh Carson et al15 tentang penurunan nyeri kepala
melalui compassion-focused therapy, menegaskan hasil penelitian ini.29,30 Karena
mereka telah memperkenalkan loving-kindness meditation sebagai metode yang
efektif untuk mengurangi rasa sakit kronis (nyeri punggung kronis).
Untuk memperjelas temuan ini, dapat dianggap bahwa penelitian ini
mengajarkan bagaimana menjaga ketenangan dalam kondisi apapun agar nyeri
kepala tidak muncul, melalui compassion-focused therapy dan menggunakan self-
compassion therapy berdasarkan ketenangan fisik (physical calmness),
mindfulness, terapi self-compassion serta teknik lain seperti mengendalikan
pikiran cemas pada orang-orang yang mengalami tension-type headache. Mereka
telah mengajarkan bahwa ketika seseorang mengalami nyeri kepala, dia dapat
menggunakan teknik ketenangan fisik dan mindfulness untuk mengurangi nyeri
kepalanya.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian sebelumnya, stres telah diakui sebagai salah satu
faktor risiko tension-type headaches.16,27,37 Juga, emosi seperti kemarahan telah
diakui sebagai salah satu faktor yang mendasari nyeri kepala.28 Oleh karena itu,
peneliti dalam penelitian ini telah berusaha menurunkan stres dan kemarahan
melalui peningkatan security system dan telah menyeimbangkan dua sistem yaitu
threatening and driving systems menggunakan teknik compassion-focused
therapy seperti mengajarkan pasien untuk memikirkan, membayangkan tempat
yang aman, bekerja dengan kursi kosong, dan mindfulness meditation. Dengan
melakukan hal itu, telah menyebabkan penurunan nyeri kepala sebagai fase kedua
mengenai dua faktor durasi dan intensitas.
Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Karena
berkurangnya sampel laki-laki, maka semua sampel penelitian ini adalah
perempuan. Oleh karena itu, hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk
semua orang yang mengalami tension-type headache, melainkan hanya dapat
digeneralisasikan untuk kelompok wanita. 2. Hasil penelitian terbatas pada orang
yang mengalami tension-type headache di Esfahan. Oleh karena itu, generalisasi
hasil ke kota-kota lain harus dilakukan dengan hati-hati. 3. Karena keterbatasan
waktu, tidak ada follow-up untuk menyelidiki kelanjutan terapi.
Mempertimbangkan hasil penelitian dalam hal “efektivitas compassion-
focused therapy terhadap stres pada orang yang mengalami tension-type
headache”, disarankan untuk menggunakan compassion-focused therapy dengan
terapi psikologis lainnya di pusat-pusat konseling. Selain itu, untuk penelitian
lebih lanjut, disarankan agar penggunaan compassion-focused therapy digunakan
dalam tatalaksana berbagai jenis nyeri kepala yang berkaitan dengan stres sebagai
terapi pencegahan pada orang yang memiliki tingkat stres yang tinggi. Terakhir,
disarankan untuk memeriksa keefektifan compassion-focused therapy pada stres
dan nyeri kepala orang yang mengalami tension-type headache melalui follow-up
jangka pendek dan jangka panjang untuk menyelidiki kelanjutan efek terapi ini.

Anda mungkin juga menyukai