Lafa Nola CKB
Lafa Nola CKB
Disusun Oleh :
Lafa Nolla
2017.C.09a.0896
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. B Dengan Diagnosa CKB di IGD RSUD
Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan studi kasus
ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes. selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep. selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Ibu Ika Paskaria S.Kep.,Ners. Selaku Koordinator PPK III.
4. Ibu Yelstria Ulina, S.Kep.,Ners. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian asuhan
keperawatan dan laporan pendahuluan ini.
5. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
6. Kepada keluarga Tn. B yang telah bersedia mengizinkan pasien sebagai kelolaan
dalam asuhan keperawatan.
7. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan penulisan studi kasus
ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan studi kasus ini
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
1.3.1 Tujuan Umum 1
1.3.2 Tujuan Khusus 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit CKB1
2.1.1 Defenisi 1
2.1.2 Anatomi Fisiologi 2
2.1.3 Etiologi 9
2.1.4 Klasifikasi 9
2.1.5 Patofisiologi 10
2.1.6 Woc CKB 13
2.1.7 Manisfestasi Klinis 14
2.1.8 Komplikasi 14
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang 14
2.1.10 Penatalaksanaa 15
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 16
2.2.1 Pengkajian 16
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 18
2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan 19
2.2.4 Implementasi 26
2.2.5 Evaluasi 26
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Anamnesa19
3.2 Pemeriksaan Fisik 20
3.3 Analisa Data 24
3.4 Prioritas Masalah 26
3.5 Rencana Keperawatan 27
3.6 Implentasi dan Evaluasi 29
DAFTAR PUSTAKA
SAP
LEAFLET
JURNAL TERKAIT
KASUS CKB
Pada tanggal 10 november 2020 pada jam 20.30 Tn. B umur 35 tahun datang ke IGD
RSUD dr Doris sylvanus Palangka Raya dengan diantar keluarga pasien tabrakan
dengan kendaraan bermotor dengan penurunan kesadaran, terdapat hematoma di
kepala dan krepitasi pada paha bagian kanan sepertiga medial dextra dan wajah
hematoma, keluar darah dari mulut, telingan dan hidung, pasien juga sesak, pada saat
dilakukan pengkajian oleh perawat terdapat sumbatan jalan napas berupa darah dan
lendir pernapasan dada dan perut suara napas gurgling dan stidor , akral dingin, kulit
pucat, terdapat pendarahan di telinga, hidung, mulut, CRT <2 kesadaran sopor
jumlah GCS 6 (E2, M2, V2) langsung masuk ke ruangan perawat prioritas 1 (triage
Merah ) TTV TD : 100/60 mmhg, N :102x/ menit, RR : 32 x/menit suhu : 37.8 C,
Spo2 93 %. Lalu pasien diberikan tindakan keperawatan mendapat pemasangan infus
RL di tangan sebelah kana 30 Tpm, terpasang oksigen nasal kanul 4 lpm, dan
terpasang monitor EKG, mendapat terapi injeksi Paracetamol 3x1 gr, injeksi
ceftriaxone 2x1 gr dan injeksi dobutamin 150 gr
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas
(Mansjoer, 2007). Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya dan lebih
dari 700.000 mengalami cedera cukup berat yang memerlukan perawatan dirumah
sakit, dua pertiga berusia dibawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak
dibandingkan jumlah wanita, lebih dari setengah semua pasien cedera kepala
mempunyai signifikasi terhadap cedera bagian tubuh lainya. (Smeltzer and Bare,
2012 ).
Ada beberapa jenis cedera kepala antara lain adalah cedera kepala ringan,
cedera kepala sedang dan cedera kepala berat. Asuhan keperawatan cedera kepala
atau askep cedera kepala baik cedera kepala ringan, cedera kepala sedang dan cedera
kepala berat harus ditangani secara serius. Cedera pada otak dapat mengakibatkan
gangguan pada sistem syaraf pusat sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran.
Berbagai pemeriksaan perlu dilakukan untuk mendeteksi adanya trauma dari fungsi
otak yang diakibatkan dari cedera kepala.
Di samping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke
rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan
penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tindakan resusitasi, anamnesis dan
pemeriksaan fisik umum serta neurologis harus dilakukan secara serentak.
Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi
unsur vital. Tingkat keparahan cedera kepala, menjadi ringan segera ditentukan saat
pasien tiba di rumah sakit. (Sjahrir, 2014).
Menurut WHO setiap tahun di Amerika Serikat hampir 1.500.000 kasus cedera
kepala. Dari jumlah tersebut 80.000 di antaranya mengalami kecacatan dan 50.000
orang meninggal dunia. Saat ini di Amerika terdapat sekitar 5.300.000 orang dengan
kecacatan akibat cedera kepala (Moore & Argur, 2016). Penyebab cedera kepala yang
terbanyak adalah kecelakaan bermotor (50%), jatuh (21%), dan cedera olahraga
(10%). Angka kejadian cedera kepala yang dirawat di rumah sakit di Indonesia
merupakan penyebab kematian urutan kedua (4,37%) setelah stroke, dan merupakan
urutan kelima (2,18%) pada 10 penyakit terbanyak yang dirawat di rumah sakit di
Indonesia (Depkes RI, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Tn. B dengan diagnosa medis CKB di
ruang ICCU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ?
1.3 Tujuan Penulisan
13.1 Tujuan Umum
Tujuan umun dari penulisan studi kasus adalah untuk mendapatkan atau
memperoleh kemampuan dalam menyusun dan menyajikan laporan studi kasus,
dengan menggunakan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menulis latar belakang studi kasus.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menulis konsep dasar penyakit dan manajemen
keperawatanterkait kaus yang dikelola.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menulis pemberian asuhan keperawatan berdasarkan
asuhan keperawatan
1.3.2.4 Mahasiswa mampu membahas kasus berdasarkan teori.
1.3.2.5 Mahasiswa mampu membuat pembahasan dan saran yang mengacu pada
laporan studi kasus.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi penderita
Dengan penelitian ini penderita dapat menambah pengetahuannya tentang
CKB dalam kehidupan sehari- hari dan dapat meningkatkan motivasi untuk
memeriksakan diri dalam berobat.
2. Bagi keluarga
Memberikan informasi dan saran bagi keluarga mengenai pentingnya
pengetahuan CKB motivasi untuk memeriksakan diri berobat.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat bahwa
pengetahuan tentang CKB sangat dibutuhkan.
4. Bagi peneliti
Memberi pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian
serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapat di bangku
kuliah ke dalam bentuk penelitian ilmiah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Cidera Kepala
2.1.1 Definisi
Cedera kepala atau trauma kapitis adalah suatu gangguan trauma dari otak
disertai/tanpa perdarahan intestinal dalam substansi otak, tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas dari otak.(Nugroho, 2011)
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala (Suriadi dan Yuliani, 2011).
Menurut Brain Injury Assosiation of America (2001), cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik.
Cedera kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma
tumpul maupun trauma tajam. Defisit neurologis terjadi karena robekannya subtansia
alba, iskemia, dan pengaruh massa karena hemorogik, serta edema serebral disekitar
jaringan otak (Batticaca, 2008).
Berdasarkan defenisi cedera kepala diatas maka penulis dapat menarik suatu
kesimpulan bahwa cedera kepala adalah suatu cedera yang disebabkan oleh trauma
benda tajam maupun benda tumpul yang menimbulkan perlukaan pada kulit,
tengkorak, dan jaringan otak yang disertai atau tanpa pendarahan.
2.1.5 Patofisiologi
Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut (yang membuat kita
seperti adanya) akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan. Cedera
memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya
konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala.. Lesi pada kepala dapat terjadi
pada jaringan luar dan dalam rongga kepala. Lesi jaringan luar terjadi pada kulit
kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada tengkorak, pembuluh darah tengkorak
maupun otak itu sendiri.
Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan, yaitu :
a. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak,
b. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam dan,
c. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain dibentur
oleh benda yang bergerak (kepala tergencet).
Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala
diterangkan oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi tengkorak,
pergeseran otak dan rotasi otak.
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa contre coup dan coup.
Contre coup dan coup pada cedera kepala dapat terjadi kapan saja pada orang-orang
yang mengalami percepatan pergerakan kepala. Cedera kepala pada coup disebabkan
hantaman pada otak bagian dalam pada sisi yang terkena sedangkan contre coup
terjadi pada sisi yang berlawanan dengan daerah benturan. Kejadian coup dan contre
coup dapat terjadi pada keadaan.;Keadaan ini terjadi ketika pengereman mendadak
pada mobil/motor. Otak pertama kali akan menghantam bagian depan dari tulang
kepala meskipun kepala pada awalnya bergerak ke belakang. Sehingga trauma terjadi
pada otak bagian depan.Karena pergerakan ke belakang yang cepat dari kepala,
sehingga pergerakan otak terlambat dari tulang tengkorak, dan bagian depan otak
menabrak tulang tengkorak bagian depan. Pada keadaan ini, terdapat daerah yang
secara mendadak terjadi penurunan tekanan sehingga membuat ruang antara otak dan
tulang tengkorak bagian belakang dan terbentuk gelembung udara. Pada saat otak
bergerak ke belakang maka ruangan yang tadinya bertekanan rendah menjadi tekanan
tinggi dan menekan gelembung udara tersebut. Terbentuknya dan kolapsnya
gelembung yang mendadak sangat berbahaya bagi pembuluh darah otak karena
terjadi penekanan, sehingga daerah yang memperoleh suplai darah dari pembuluh
tersebut dapat terjadi kematian sel-sel otak. Begitu juga bila terjadi pergerakan kepala
ke depan.
Kecelakaan, terjatuh, trauma persalinan, penyalahgunaan obat/alkohol
WOC CKB
Trauma kepala
Tulang kranial
Ekstra kranial atau kulit kepala, Intra Kranial atau Jaringan otak
G. Pertukaran gas
2.1.6 Manifestasi Klinis
1) Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2) Kebingungan
3) Iritabel
4) Pucat
5) Mual dan muntah
6) Pusing kepala
7) Terdapat hematoma
8) Kecemasan
9) Sukar untuk dibangunkan
10) Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
11) Peningkatan TD, penurunan frekuensi nadi, peningkatan pernafasan.
2.1.7 Komplikasi
Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan hematoma
intrakranial, edema serebral progresif, dan herniasi otak
a. Edema serebral dan herniasi
Edema serebral adalah penyebab paling umum peningkatan TIK pada pasien
yang mendapat cedera kepala, puncak pembengkakan yang terjadi kira kira 72
jam setelah cedera. TIK meningkat karena ketidakmampuan tengkorak untuk
membesar meskipun peningkatan volume oleh pembengkakan otak diakibatkan
trauma..
b. Defisit neurologik dan psikologik
Pasien cedera kepala dapat mengalami paralysis saraf fokal seperti anosmia
(tidak dapat mencium bau bauan) atau abnormalitas gerakan mata, dan defisit
neurologik seperti afasia, defek memori, dan kejang post traumatic atau epilepsy.
c. Komplikasi lain secara traumatic :
1) Infeksi sitemik (pneumonia, ISK, sepsis)
2) Infeksi bedah neurologi (infeksi luka, osteomielitis, meningitis, ventikulitis,
abses otak)
3) Osifikasi heterotropik (nyeri tulang pada sendi sendi)
d. Komplikasi lain:
1) Peningkatan TIK
2) Hemorarghi
3) Kegagalan nafas
4) Diseksi ekstrakranial
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisa gas
darah.
2) CT-Scan (dengan atau tanpa kontras: mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan,
determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
3) MRI : digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
4) Cerebral Angiography: menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, seperti
perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
5) X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis (perdarahan, edema), fragmen tulang. Ronsent Tengkorak maupun thorak.
6) CSF, Lumbal Punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarachnoid.
7) ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan (oksigenasi)
jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
8) Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrakranial. (Musliha, 2010).
2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya
cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti
hipotensi atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak. (Tunner, 2000)
Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan pada pendertia cedera kepala
(Turner, 2000)
Penatalaksanaan umum adalah:
1) Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
2) Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma
3) Berikan oksigenasi
4) Awasi tekanan darah
5) Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenik
6) Atasi shock
7) Awasi kemungkinan munculnya kejang.
Penatalaksanaan lainnya :
1) Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma.
2) Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.
3) Pemberian analgetika
4) Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau
glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
5) Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).
6) Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak
dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5%, aminofusin,
aminofel (18 jam pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian
diberikana makanan lunak, Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari),
tidak terlalu banyak cairan. Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose
untuk 8 jam kedua dan dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya
bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui ngt (2500-3000 tktp).
Pemberian protein tergantung nilai urea.
Tindakan terhadap peningktatan TIK yaitu:
a) Pemantauan TIK dengan ketat
b) Oksigenisasi adekuat
c) Pemberian manitol
d) Penggunaan steroid
e) Peningkatan kepala tempat tidur
f) Bedah neuro.
Tindakan pendukung lain yaitu:
a) Dukungan ventilasi
b) Pencegahan kejang
c) Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi
d) Terapi anti konvulsan
e) Klorpromazin untuk menenangkan klien
f) Pemasangan selang nasogastrik. (Mansjoer, dkk, 2000).
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Cidera Kepala
2.2.1 Pengkajian
a. Airway
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas
2) Atur posisi : posisi kepala flat dan tidak miring ke satu sisi untuk
mencegah penekanan/bendungan pada vena jugularis
3) Cek adanya pengeluaran cairan dari hidung, telinga atau mulut
b. Breathing
1) Kaji pola nafas, frekuensi, irama nafas, kedalaman
2) Monitoring ventilasi : pemeriksaan analisa gas darah, saturasi oksigen
c. Circulation
1) Kaji keadaan perfusi jaringan perifes (akral, nadi capillary rafill,
sianosis pada kuku, bibir)
2) Monitor tingkat kesadaran, GCS, periksa pupil, ukuran, reflek terhadap
cahaya
3) Monitoring tanda – tanda vital
4) Pemberian cairan dan elektrolit
5) Monitoring intake dan output
Khusus
a. Konservatif : Dengan pemberian manitol/gliserin, furosemid,
pemberian steroid
b. Operatif : Tindakan kraniotomi, pemasangan drain, shuting prosedur
c. Monitoring tekanan intrakranial : yang ditandai dengan sakit kepala
hebat, muntah proyektil dan papil edema
d. Pemberian diet/nutrisi
e. Rehabilitasi, fisioterapi
Prioritas Keperawatan
a. Memaksimalkan perfusi/fungsi serebral
b. Mencegah/meminimalkan komplikasi
c. Mengoptimalkan fungsi otak/mengembalikan pada keadaan sebelum
trauma
d. Meningkatkan koping individu dan keluarga
e. Memberikan informasi
Kebutuhan sehari-hari :
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadreplegia, ataksia
cara berjalan tak tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera (tauma)
ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastic
b. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan
frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi,
disritmia
c. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis)
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan
inpulsif
d. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan
fungsi
e. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur
keluar, disfagia)
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian.
Vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada
ekstermitas. Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia,
kehilangan sebagian lapang pandang, fotofobia.
g. Gangguan pengecapan dan juga penciuman.
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental
(orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah,
pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata,
ketidakmampuan mengikuti.
Kehilangan pengindraan, spt: pengecapan, penciuman dan pendengaran.
Wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak seimbang, reflek tendon
dalam tidak ada atau lemah, apraksia, hemiparese, quadreplegia, postur
(dekortikasi, deserebrasi), kejang. Sangat sensitive terhadap sentuhan dan
gerakan, kehilangan sensasi sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan
posisi tubuh
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya
lama
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang
hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.
i. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi).
Napas berbunyi, stridor, tersedak. Ronkhi, mengi positif (kemungkinan
karena respirasi)
j. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.
k. Kulit: laserasi, abrasi, perubahan warna, spt “raccoon eye”, tanda battle
disekitar telinga (merupakan tanda adanya trauma). Adanya aliran cairan
(drainase) dari telinga/hidung (CSS).
l. Gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan
secara umum mengalami paralysis. Demam, gangguan dalam regulasi suhu
tubuh.
m. Interaksi Sosial
Tanda : Afasia motorik dan sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang
ulang, disartris, anomia.
n. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan alcohol/obat lain
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan kapasitas adaptif intrakarnial berhubungan peningkatan tekanan
intracranial. (SDKI D.0066)
2) Risiko penfusi serebral tidak berhubungan dengan hipoksia jaringan (SDKI
D.0017)
3) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan RR meningkat hiperpneu,
hiperventilasi (SDKI D.0005)
4) Bersihan jalan napas tidak efektik berhubungan dengan batuk tidak efektif ronchi
RR meningkat (SDKI D.0001)
5) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia (SDKI D.0003)
6) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas tulang (SDKI D.0077)
7) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan dan cairan
(SDKI D.0032)
8) Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan penurunan intake
makanan dan cairan (SDKI D.0036)
9) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan oliguria (SDKI D.0149)
10) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan terputusnya kontinuitas tulang
(SDKI D.0054)
2.2.3 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Siki)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Dx1 Setelah diberikan asuhan SIKI Manajemen peningkatan tekanan intrakarnial I.06194
keperawatan selama 1x 7 jam, hal.205
Penurunan kapasitas adaptif
diharapkan Penurunan kapasitas Observasi
intrakarnial berhubungan
adaptif intrakarnial stabil. - Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis.lesi,gangguan
peningkatan tekanan
Kriteria Hasil : metabolisme,edema serebral)
intracranial. (SDKI D.0066)
SLKI L.0649 - Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan
1. Fungsi kognitif : (5) darah miningkat, tekanan nadi melabar,bradikardia,pola
2. Gelisah : (1) napas ireguler,kesadaran menurun)
3. Tekanan nadi : (5) - Monitor MAP (mean Arterial Pressure)
4. Pola napas : (5) - Monitor CVP ( Sentral Venous Pressure), jika perlu
5. Respon pupil : (5) - Monitor PAWP, jika perlu
6. Tekanan intrakranial : (5) - Monitor PAP, jika perlu
- Monitor ICP (Intra Carnial Pressure), jika tersedia
- Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
- Monitor gelombang ICP
- Monitor status pernapasan
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor cairan serebro-spinalis (mis.warna,konsistensi)
Terapeutik
- Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
- Berikan posisi semi fowler
- Hindari manuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari penggunaan PEEP
- Hindari pemberian cairan IV hipotonik
- Atur ventilator agar PaCO2 optimal
- Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsa, jika perlu
- Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunan tinja, jika perlu
2 Dx2 Setelah dilakukan tindakan SIKI Manajemen peningkatan tekanan intracranial I.06294
Risiko penfusi serebral keperawatan selama 3x7 risiko halaman 205
tidak efektif berhubunganpenfusi serebral tidak efektif Obsevasi
dengan hipoksia jaringan.meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi penyebab TIK
(SDKI D.0017) SLKI L.02014 - Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
1. Tingkat kesadaran (5) - Monitor MAP
2. Sakit kepala (5) - Monitor CVP
3. Gelisah (5) - Monitor PAP
4. Nilai rata-rata tekanan darah - Monitor ICP (cerebral perfusion pressure)
(5) - Monitor status pernapasan
5. Kesadaran (5) - Monitor intake ouput
Terapeutik
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
- Berikan posisi semi fowler
- Hindari maneuver valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Atur ventilator PaCO2 optimal
Kolaborasi
- Kolaborasi pemebrian sedasi dan anti konvulsan
- Kolaborasi pemberian diuretic osmosis
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja
3 Dx 3 Setelah dilakukan tindakan SIKI Manajemen jalan napas I.01011 halaman 186
Pola napas tidak efektif keperawatan selama 3x7 jam pola Observasi
berhubungan dengan RR napas kembali efektif dengan - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
meningkat hiperpneu, kriteria hasil : - Monitor bunyi napa tambahan (gurling, mengi, wheezing,
hiperventilasi. (SDKI SLKI L.01004 ronkhi kering)
D.0005) 1. Kapasitas vital : (5) - Monitor sputum
2. Tekanan inspirasi : (5) Terapeutik
3. Penggunaaan otot bantu napas : - Pertahankan kepatenan jalan napas
(5) - Posisikan semi-fowler
4. Frekuensi napas : (5) - Berikan minum hangat
5. Kedalaman napas : (5) - Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
6. Ekskursi dada : (5) Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukoilik
4 Dx 4 Setelah dilakukan tindakan SIKI Latihan batuk efektif I.01006 halaman 142
Bersihan jalan napas tidak keperawatan selama 3 x 7 jam Observasi
efektik berhubungan dengan Jalan nafas tetap efektif. - Identifikasi kemampuan batuk
batuk tidak efektif ronchi Kriteria hasil : - Monitor adanya retensi sputum
RR meningkat. (SDKI SLKI L.01001 - Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
D.0001) Batuk efektif : (5) - Monitor input dan ouput cairan
. Produksi sputum : (1) Terapeutik
Gelisah : (1) - Atur posisi semi-Fowler
Frekuensi napas : (5) - Buang secret pada tempat sputum
Pola napas : (5) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
dalam
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran
5 Dx 5 Setelah dilakukan tindakan SIKI Pemantauan repirasi I.01014 halaman 247
Gangguan pertukaran gas keperawatan selama 3x7 jam jalan Obsevasi
berhubungan dengan tidak terjadi gangguan pertukaran - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
hipoksia. (SDKI D.0003) gas dengan kriteria hasil : - Monitor pola napas
SLKI L. 01003 - Monitor kemampuan batuk efektif
1. Tingkat kesadaran - Monitor adanya produksi sputum
meningkatat : (5) - Monitor adanya sumbatan jalan napas
2. Dispnea menurun : (5) - Auskultasi bunyi napas
3. Bunyi napas tambahan : (5) - Monitot saturasi oksigen
4. Po2 : (5) - Monitor AGD
5. Takikardi : (5) Terapeutik
- Atur interval pemantauan, aspirasi sesuai, kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan prosedur dan pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
6 Dx 6 Setelah dilakukan tindakan SIKI Manajemen nyeri I.08238 halaman 201
Nyeri akut berhubungan keperawatan selama 3x7 jam Obsevasi
dengan terputusnya nyeri hilang atau berkurang - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kontinuitas tulang. (SDKI dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas nyeri
D.0077) SLKI L. 08066 - Indentifikasi skala nyeri
1. Kemampuan menuntaskan - Indentifikasi respons nyeri non verbal
aktivitas : (5) - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
2. Keluhan nyeri : (5) - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
3. Meringis (5) diberikan
4. Gelisah : (5) - Monitor efek samping penggunaan analgetik
5. Kesulitan tidur : (5) Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmokologi
- Kontrol lingkungan yang memberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
7 Dx7 Setelah dilakukan tindakanSIKI manajemen gangguan makanan I.03111 halaman 177
Resiko defisit nutrisi keperawatan selama 2x7 jam Obsevasi
berhubungan dengan resiko defisit nutrisi membaik - Monitor asupan makanan dan keluarnya makanan dan
penurunan intake makanan dengan kriteria hasil : caran serta kebutuhan kalori
dan cairan. (SDKI D.0032) SLKI L.03030 Terapeutik
1. Porsi makanan yang- Timbang berat badan secara rutin
dihabiskan : (5) - Diskusi perilakukan makan dan jumlah aktifitas fisik
2. Berat Badan (5) - Lakukan kontrak prilaku misalnya target berat badan
3. Indeks massa tubuh IMT : (5) - Damping perilaku ke kamar mandi untuk pengamatan
4. Frekuensi makan : (5) memuntahkan kembali makanan
5. Nafsu Makan : (5) Edukasi
- Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan
situasi pemicu pengeluaran maknan
- Ajarkan pengaturan diet yang tepat
- Ajarkan keterampiral koping untuk penyelesaian masalah
perilaku maknan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan makanan
8 Dx8 Setelah dilakukan tindakan SIKI Manajemen cairan I.03098 halaman 159
Risiko ketidakseimbangan keperawatan selama 2x7 jam Obsevasi
cairan berhubungan dengan risiko ketidakseimbangan cairan - Monitor status hidrasi mis frekuensi nadi
penurunan intake makanan meningkat dengan kriteria hasil : - Monitor berat badan harian
dan cairan. (SDKI D.0036) SLKI L.03020 - Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
1. Asupan cairan : (5) - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2. Haluaran urin : (5) - Monitor status hemodinamik
3. Kelembaban membrane Terapeutik
mukosa : (5) - Catat intake-ouput dan hitung balans cairan
4. Tekanan darah : (5) - Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan tubuh
5. Turgor kulit : (5) - Berikan cairan intravena
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik
9 Dx9 Setelah dilakukan tindakan SIKI Dukungan perawatan diri BAB/BAK I.11349 halaman
Gangguan eliminasi urin keperawatan selama 3x7 jam 37
berhubungan dengan gangguam eliminasi urin Obsevasi
imaturitas. (SDKI D.0149) membaik dengan kriteria hasil : - Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia
SLKI L.04034 - Monitor integritas kulit pasien
1. Sensasi berkemih : (5) Terapeutik
2. Desakan berkemih : (5) - Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan
3. Frekuensi BAK : (5) eliminasi
4. Karakteritis urine : (5) - Ganti pakaian pasien setelah eliminasi
- Latih BAL/BAB
- Sediakan alat bantu
Edukasi
- Anjurkan BAK/BAN secara utin
- Anjurkan ke kamar mandi/toilet
10 Dx10 Setelah diberikan asuhan SIKI Dukungan ambulasi 1.06171 halaman 22
keperawatan 1x 7 jam diharapkan Obsevasi
Gangguan mobilitas fisik
mobilisasi klien mengalami - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
berhubungan dengan
peningkatan. - Indentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
terputusnya kontinuitas
Kriteria hasil: - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
tulang. (SDKI D.0054)
SLKI L.05042 memulai ambulasi
1. Pergerakan ekstermitas : (5) - Monitor kondisi selama melakukan ambulasi
2. Kekuatan otot : (5) Terapeutik
3. Rentang gerak ROM : (5) - Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
4. Kecemasan : (1) - Fasilitasi melakukan ambulasi fisik
5. Kaku sendi : (1) - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
6. Gerakan terbatas : (1) meningkatkan ambulasi
7. Kelemahan fisik : (1) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi sederhana yang haru dilakukan
misalnya berjalan dari tempat tidur ke kursi roda
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau
melaksanakan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan
guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2001).
Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan intervensi
keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah dituliskan dalam rencana
keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut bahwa pelaksanaan adalah
peletakan suatu rencana menjadi tindakan yang mencakup :
1) Penulisan dan pengumpulan data lanjutan
2) Pelaksanaan intervensi keperawatan
3) Pendokumentasian tindakan keperawatan
4) Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan respon
pasien terhadap intervensi keperawatan
Pada kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap
penguasaan teknis keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal, dan
kemampuan intelektual untuk menerapkan teori-teori keperawatan kedalam praktek.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Nursalam, 2001).
Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang dapat
digunakan perawat untuk memutuskan/menilai sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai, yaitu :
1) Tujuan tercapai.
2) Tujuan sebagian tercapai.
3) Tujuan tidak tercapai.
Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :
a. Evaluasi Proses (Formatif)
Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisis perawat terhadap
respon klien segera stelah tindakan. Evaluasi formatif dilakukan secara terus
menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
b. Evaluasi Hasil (sumatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai
dilakukan. Menggambarkan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisis status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.
Evaluasi sumatif bertujuan menjelaskan perkembangan kondisi klien dengan
menilai dan memonitor apakah tujuan telah tercapai.
Evaluasi pencapaian tujuan memberikan umpan balik yang penting bagi perawat
untuk mendokumentasikan kemajuan pencapaian tujuan atau evaluasi dapat
menggunakan kartu/format bagan SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisis dan
Perencanaan).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Berrdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 10 November 2020 dan jam pengkajian
21.00 WIB didapatkan hasil :
(Lafa Nolla)
NIM.2017.C.09a.0896
Akumulasi mucus
Keselahan interpretasi
5 Ds : Gangguan saraf Gangguan
motorik Mobilitas Fisik
Do :
1. Klien tampak terbaring di tempat
tidur Gangguan koordinasi
2. Terdapat hematoma di bagian gerak ekstremitas
kepala dan wajah
3. krepitasi pada paha bagian kanan
sepertiga paha medial dextra Hemiparase atau
4. Kekuatan otot ekstremitas atas hemiplegi
dan bawah
5 5
5 3
3.3 Prioritas Masalah
5 5
5 3
3.4 Rencana Keperawatan
Diagnosa
No Jam Implementasi Jam Evaluasi
Keperawatan
1 Penurunan 22. 10 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan 11. 10 S:-
kapasitas adaptif WIB TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme, WIB
intracranial edema serebral). O:
berhubungan 2. Memonitor input dan output cairan - Keadaan umum masih lemah
dengan penurunan 3. Memonitor tanda/gejala peningkatan - Kesadaran masih sopor dengan vital sign :
kesadaran TIK (mis. Tekanan darah meningkat, TD 100/65, Nadi 102x/menit, Spo2 94 %.
tekanan nadi melebar, bradikardia, pola dan Suhu 37.6 ⁰C
napas ireguler, kesadaran menurun) - GCS : E2M2VE
4. Memonitor MAP (Mean Arterial - Masih terpasang oksigen nasal kanul 4
Pressure) Lpm
5. Memonitor status pernapasan - Tidak terjadi tanda-tanda peningkatan TIK
6. Meminimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang tenang A: Masalah Penurunan kapasitas adaptif
7. Memberikan posisi semi fowler intracranial belum teratasi
8. Mempetahankan suhu tubuh normal
9. Berkolaborasi pemberian pelunak tinja, P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8,9
jika perlu
2 Pola napas tidak 22. 10 1. Mengobservasi tanda-tanda vital S : keluarga klien mengatakan klien masih sesak
efektif WIB 2. Mengidentifikasi dan mengelola
berhubungan ketepatan jalan nafas O:
dengan RR 3. Memposisiskan semi-fowler - Keadaan umum masih lemah dan belum
meningkat 4. Memonitor pola nafas sadar
hiperneu 5. Monitor bunyi nafas tambahan - Kesadaran masih sopor dengan vital sign :
6. Memberikan air hangat TD 100/65, Nadi 102x/menit, Spo2 94 %.
7. Mengajarkan teknik batuk efektif dan Suhu 37.6 ⁰C RR 30 x/menit
- Pernapasan dada/perut
- Masih ada suara napas tambahan gurgling
dan stidor
4 Gangguan perfusi 22. 10 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan 11. 10 S : keluarga mengataka klien masih belum sadar
jaringan serebral WIB WIB O:
tidak efektif - Tingkat kesadaran masih supor
kranial
hipoksia jaringan - GCS 6 (E2 V2 M2)
2. Memonitor peningkatan tekanan darah
- Pasie tampak gelisah
3. Memonitor pelebaran tekanan darah
- vital sign : TD 100/65, Nadi 102x/menit,
nadi (selisih TDS dan TDD)
4. Meminimalkan stimulus dengan Spo2 94 %. dan Suhu 37.6 ⁰C
mrnyediakan lingkungan yangt nyaman
5. Berkolaborasi pemberian obat diuretic A : Masalah gangguan perfusi serebral tidak
efektif belum teratasi
Tim Pokja SDKI DPP PPNI Cetakan I 2016 Cetakan II 2017, Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLLKI DPP PPNI Cetakan II 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
A. Topik
B. Sasaran
1. Program : Klien dan keluarga
2. Penyuluhan : Di IGD RSUD dr. Doris Sylvanus
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Setelah diberikan pendidikan atau penyuluhan
kesehatan selama 5 menit di harapkan ibu-ibu /
bapak-bapak dapat mengetahui dan memahami
tentang Mobilisasi pasif dan aktif
2. Tujuan Khusus : Mampu memahami pengertian Mobilisasi
Mampu memahami Macam-macam mobilisasi
Mampu memahami Manfaat mobilisasi
Mampu melakukan hal hal yang harus diperhatikan
dalam mobilisasi
Mampu melakukan gerakan mobilisasi
D. Materi : Mobilisasi Pasif Dan Aktif
E. Metode : Ceramah, dan tanya jawab.
F. Media : Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan : 5 Menit
1. Hari/Tanggal : Selasa, November 2020
2. Pukul : 10-00 WIB - selesai
3. Alokasi Waktu : 5 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan : 1 Menit Ceramah
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan dosen
pembimbing
3. Memperkenalkan anggota
kelompok
4. Menjelaskan tujuan dari
tujuan penyuluhan
5. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
6. Kontrak waktu
penyampaian materi
2 Pelaksanaan : 3 Ceramah Ceramah
Menjelaskan tentang :
1. Pengertian Mobilisasi
2. Macam-macam mobilisasi
3. Manfaat mobilisasi
4. Melakukan hal hal yang harus
diperhatikan dalam mobilisasi
5. melakukan gerakan mobilisasi
H. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Lafa Nolla
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan dosen pembimbing
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
2) Leader : Lafa Nolla
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Memperagakan cara memotong kuku yang baik dan benar
4. Mengucapkan salam penutup
3) Fasilitator : Lafa Nolla
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan membagikan absen peserta penyuluhan
4. Membagikan konsumsi
4) Dokumentasi : Lafa Nolla
1. Mengambil foto saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
2. Bertanggung jawab menyimpan semua data dokumentasi yang berupa
gambar atau foto
H. TEMPAT
Setting Tempat
1. Setting Tempat :
Keterangan:
: Peserta
: Fasilitator
I. RENCANA EVALUASI
a. Tujuan Evaluasi
Mengetahui perubahan pengetahuan dan partisipasi yang hadir
b. Cara Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
Sasaran sudah siap ditempat yang sudah ditentukan
Media dan alat penyuluhan telah disetujui pembimbing
Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah poster, leaflet
2) Evaluasi Proses
Kesiapan penyuluhan sesuai dengan perencanaan
Ketepatan waktu sesuai yang sudah direncanakan
Peserta yang aktif dalam kegiatan penyuluhan
Peserta yang tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan
3) Evaluasi Hasil
Di adakan tanya jawab pretest dan postest seputar materi lisan,
kemudian di simpulkan bersama-sama
c. Observasi
Respon/tingkah laku peserta saat diberikan pertanyaan, apakah
diam/menjawab
Peserta antusias/tidak
Peserta mengajukan pertanyaan/tidak
d. Instrumen Evaluasi
Instrumen evaluasi berupa pertanyaan ( tanya jawab )
perawata atau Ja
keluarga ngan lakukan
2. latihan fisik segera
Mobilisasi pasif setelah penderita
adalah latihan yang makan
diberikan pada Gu
klien yang nakan gerakan
mengalami badan yang benar
kelemahan otot untuk menghindari
lengan maupun otot ketegangan atau
kaki luka pada
penderita
Gu
nakan kekuatan
dengan pegangan
yang nyaman ketika
Di susun Oleh : melakukan latihan
Lafa Nolla Ge
2017.C.09a.0896 rakan bagian tubuh
dengan lancar,
pelan dan berirama
Hi
YAYASAN EKA M
HARAP PALANGKA ndari gerakan yang
emelihara
RAYA SEKOLAH terlalu sulit
TINGGI ILMU fleksibilitas dari Ji
KESEHATAN PRODI tulang dan sendi ka kejang pada
SARJANA M saat latihan,
KEPERAWATAN
TA 2019/2020 enjaga agar tidak hentikan
terjadi
kerapuhan tulang
M
Mobilisasi adalah eningkatkan
kemampuan seseorang kekuatan otot
untuk bergerak secara
1. Pergerakan bahu
bebas, teratur untuk
Hal – Hal yang
memenuhi kebutuhan Pe
Harus Diperhatikan
hidup sehat menuju gang
Dalam Mobilisasi
kemandirian pergerakan
Pe
rhatikan keadaan tangan dan siku
Mobilisasi : umum penderita, penderita, lalu
apakah merasa angkat selebar
1.
kelelahan, pusing bahu, putar ke
Yaitu latihan pada
atau kecapaian luar dan ke
tulang dan sendi
Pastikan pakaian dalam
yang dapat
dalam keadaan An
dilakukan sendiri
longgar gkat tangan
tanpa bantuan
gerakan ke
atas kepala Ge menekuknya
dengan di rakan tangan sampai 90 o
bengkokan, lalu sambil menekuk
kembali ke tangan ke
posisi awal bawah
Ge
rakan tangan
dengan
mendekatkan
lengan kearah
badan, hingga
Ge
menjangkau
rakan tangan
tangan yang
sambil menekuk
lain
tangan keatas
An
gkat kaki lalu
dekatkan
kekaki yang
satu kemudian
2. Pergerakan siku gerakan
Bu 4. Pergerakan jari
menjauh
at sudut 90 0 tangan Pu
pada siku lalu Pu
tar kaki ke
gerakan lengan tar jari tangan dalam dan ke
keatas dan ke satu persatu luar
bawah dengan Pa La
membuat da ibu jari kukan
gerakan lakukan penekanan pada
setengah pergerakan telapak kaki
lingkaran menjauh dan keluar dan
mendekat dari kedalam
jari telunjuk, Ja
lalu dekatkan ri kaki di tekuk
Ge pada jari – jari – tekuk lalu di
rakan lengan yang lain. putar
dengan 5. Pergerakan kaki 6. Pergerakan Leher
menekuk siku Pe
sampai ke Pe gang pipi pasien
dekat dagu gang lalu gerakan
3. Pergerakan tangan pergelangan kekiri dan
Pe kaki dan bawah kekanan
gang tangan lutut kaki lalu Ge
pasien seperti angkat sampai rakan leher
bersalaman, 30 o lalu putar menekuk kedepan
lalu putar Ge dan kebelakang
pergelangan rakan lutut
tangan dengan
101 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 4. (2) Agustus 2018 ISSN. 2407-7232
ABSTRAK
Cedera kepala merupakan suatu kondisi terjadinya cedera pada kepala yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak akibat adanya trauma. Cedera kepala berat
mempunyai prognosis yang buruk. Salah satu fakor yang mempengaruhi prognosis
cedera kepala berat adalah mekanisme cedera. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruh pronosis cedera kepala di RSUD Margono Soekarjo
Purwokerto. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 rekam medis yang memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi. Variabel independen dalam penelitian ini adalah mekanisme cedera
dan variabel dependen adalah prognsis dan ISS untuk menilai trauma pada organ lain.
Analisa data menggunakan koefisien kontingensi dan spearman.Hasil penelitan
menunjukkan hasil yang berhubungan antara trama orn lain (p<0,05). Sedangkan
variabel yang lain yaitu mekanisme cedera tidak menunjukkan hubungan yang bermakna
dengan prognosis pasien cedera kepala (p>0,05). RSUD Margono Soekarjo diharapkan
dapat lebih meningkatkan penatalaksanaan pasien cedera kepala berat.
Kata Kunci : Cedera Kepala Berat, Trauma Organ Lain, Mekanisme Cedera
ABSTRACT
Head injury is a condition of head injury which can cause brain tissue damage
due to trauma. Severe head injury has a poor prognosis. One of the factors that affect
the prognosis of severe head injury is the mechanism of injury. This study aims to
determine the factors that influence the head injury pronosis in RSUD Margono
Soekarjo Purwokerto. The design used in this research is observational analytic. The
number of samples in this study were 80 medical records that met the inclusion and
exclusion criteria. The independent variables in this study are the mechanism of injury
and the dependent variable is program and ISS to assess trauma in other organs. Data
analysis uses contingency coefficient and spearman. While other variables, namely the
mechanism of injury did not show a significant relationship with the prognosis of head
injury patients (p> 0.05). RSUD Margono Soekarjo Purwokerto is expected to further
improve the management of severe head injury patients.
Kategori N %
Tidak Sekolah 8 10
SD 4 5
SMP 15 18,8
SMA 50 62,5
Kategori N %
Swasta 26 32,5
PNS 3 3,8
Kategori N %
Perempuan 28 35
Hidup 53 66,2
Non-KLL 11 13,8
Trauma Mayor
35 43,75
Tabel 4. Tabulasi silang antara mekanisme cedera terhadap prognosis pasien cedera
kepala berat di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto pada 23 Mei-6 Juni
2017 (n=27).
N % N %
KLL 24 30 45 53,2 69
Non-KLL 3 3,8 8 10 11
Tabel 5. Tabulasi silang antara trauma organ lain terhadap prognosis pasien cedera
kepala berat di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto pada 23 Mei-6 Juni
2017 (n=27).
N % N %
Tabel 6. Hasil uji korelasi variabel mekanisme cedera dan trauma organ lain dengan
prognosis pasien cedera kepala berat pada 23 Mei-6 Juni 2017 (n=27).
Pembahasan
Bruns, J., & Hauser, W.A. (2003).The Fithrah, B. A., Oetoro, B. J., Umar,
Epidemiology of traumatic brain N., & Saleh, S. C. (2016).
injury, A Review. Epilepsia, 44 Perdarahan
(Suppl.10): 2-10. New York:
Blackwell Publishing, Inc
Japardi, Iskandar. (2004). Cedera Kepala Palmer, C. (2007). Major Trauma and th
Memahami Aspek-Aspek Penting