Anda di halaman 1dari 66

Program Gizi

Kespro di
Indonesia

Kelompok 13:
Queen Nazhoofah
Putri Diyah Patni
01 Gerakan 1000 HPK

02 Program PAUD

03 POSYANDU

04 Program Gizi Anak Sekolah


05 Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR)

06 Program ASI Eksklusif

Pos Pembinaan Terpadu


07 (POSBINDU) Lansia
Kebijakan Kegiatan
Program Program

Sejarah Tujuan/
Sasaran
Program
01

1000
Hari Pertama Kehidupan
1000HPK
“Fase kehidupan yang dimulai sejak
terbentuknya janin pada saat kehamilan
(270 hari) sampai dengan anak berusia 2
tahun (730 hari)”
-BKKBN-
1000HPK

Sejarah Kebijakan Program


● Suatu gerakan percepatan ● Landasan berupa Peraturan
perbaikan gizi yang diadopsi Presiden (Perpres) nomor 42
dari gerakan Scaling Up- tahun 2013 tentang Gerakan
Nutrition (SUN) Movement Nasional Percepatan
● Gerakan scaling up nutrition Perbaikan Gizi
dikenal dengan Gerakan
Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi dalam rangka
Seribu Hari Pertama
Kehidupan
● Diresmikan tahun 2012 oleh
Ibu Ani Yudhoyono
Mengapa 1000 HPK???

Status gizi pada 1000 HPK akan


berpengaruh terhadap kualitas
Periode 1000 hari pertama sering kesehatan, intelektual, dan
disebut window of opportunities produktivitas pada masa yang akan
atau sering juga disebut periode datang. Ibu dan bayi memerlukan
emas (golden period) didasarkan gizi yang cukup dan berkualitas
pada kenyataan bahwa pada masa untuk menjamin status gizi dan
janin sampai anak usia dua tahun status kesehatan; kemampuan
terjadi proses tumbuh kembang motorik, sosial, dan kognitif;
yang sangat cepat dan tidak terjadi kemampuan belajar dan
pada kelompok usia lain produktivitasnya pada masa yang
akan datang.
Titik kritis yang harus diperhatikan selama
periode 1000 HPK

Dalam
0-6 bulan 6-24 bulan
Kandungan
180 hari 540 hari
280 hari

Menyediakan kebutuhan gizi Melakukan inisiasi menyusu Anak mulai diberikan


yang baik selama kehamilan dini (IMD) dan pemberian makanan pendamping ASI
agar ibu hamil dapat Air Susu Ibu (ASI) secara (MP-ASI) karena sejak usia
memperoleh dan eksklusif ini, ASI saja tidak
mempertahankan status gizi mencukupi kebutuhan anak
yang optimal
Sasaran Program 1000 HPK
Sasaran yang ingin dicapai pada akhir tahun 2025
disepakati sebagai berikut:

● Menurunkan proporsi anak balita yang stunting sebesar 40 %


● Menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus (wasting) kurang dari 5 %
● Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30 %
● Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih
● Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50 %
● Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan paling
kurang 50 %
Kegiatan Program 1000 HPK

30% 70%
Intervensi gizi Intervensi gizi
spesifik sensitive
Kegiatan ini pada umumnya dilakukan Berbagai kegiatan pembangunan di luar
oleh sektor kesehatan seperti: sektor kesehatan:
1. imunisasi 1. penyediaan air bersih
2. PMT ibu hamil dan balita 2. sarana sanitasi
3. monitoring pertumbuhan balita di 3. berbagai penanggulangan kemiskinan
Posyandu 4. ketahanan pangan dan gizi, fortifikasi
4. suplemen tablet besi-folat ibu hamil pangan
5. promosi ASI Eksklusif, MP-ASI dan 5. pendidikan dan KIE Gizi
sebagainya 6. pendidikan dan KIE Kesehatan
02

Pendidikan Anak Usia Dini


PAUD
PAUD
Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut
PAUD-HI
Pendidikan Anak Usia Dini Holistik-Integrasi

Upaya pengembangan anak usia dini yang dilakukan


untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam
dan saling terkait secara simultan, sistematis, dan
terintegrasi

Layanan stimulasi holistik mencakup layanan pendidikan,


kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan, perlindungan dan
kesejahteraan menjadi kebijakan pengembangan anak usia dini
dengan melibatkan pihak terkait baik instansi pemerintah,
organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, tokoh
masyarakat, dan orang tua
Sejarah Lahirnya PAUD

Era penjajahan
Belanda
Dalam rangka
mewujudkan
Era penjajahan PAUD
Jepang PAUD PAUD berkualitas
HI (2013)
Era
kemerdekaan-
sekarang
Kebijakan/ Landasan Hukum
● Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan ● Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2014 tentang Gerakan
Anak
Nasional Anti Kejahatan Seksual Terhadap Anak
● Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 perubahan atas ● Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 84
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
tahun 2014 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Anak Usia
Anak, ; Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Holistik
Dini
Integratif di Satuan PAUD 2
● Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem ● Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137
tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia
Pendidikan Nasional
Dini
● Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan ● Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146
● Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tahun 2014 tentang Kurikulum PAUD 2013
tentang Standar Nasional Pendidikan
● Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
● Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas
2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Penggunaan Dana Desa Tahun 2015
Integratif
Tujuan Program PAUD-HI

Tujuan Umum Tujuan Khusus

Terselenggaranya layanan
Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik Integratif menuju
terwujudnya anak Indonesia
yang sehat, cerdas, ceria, dan
berakhlak mulia
Tujuan Program PAUD-HI
Tujuan Khusus
1. terpenuhinya kebutuhan esensial anak usia dini secara utuh meliputi
kesehatan dan gizi, rangsangan pendidikan, pembinaan moral-
emosional dan pengasuhan sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai kelompok umur
2. terlindunginya anak dari segala bentuk kekerasan, penelantaran,
perlakuan yang salah, dan eksploitasi di manapun anak berada
3. terselenggaranya pelayanan anak usia dini secara terintegrasi dan
selaras antar lembaga layanan terkait, sesuai kondisi wilayah
4. terwujudnya komitmen seluruh unsur terkait yaitu orang tua,
keluarga, masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dalam
upaya Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
Prinsip Program
PAUD HI
tata kelola pemerintahan yang pelayanan yang menyeluruh
baik dan terintegrasi

berbasis budaya yang


konstruktif pelayanan yang
berkesinambungan

partisipasi masyarakat pelayanan yang non


diskriminasi

pelayanan yang tersedia, dapat


dijangkau dan terjangkau, serta
diterima oleh kelompok masyarakat
Layanan Program PAUD-HI
Layanan
Pendidikan

Layanan Kesehatan, Layanan


Gizi dan Perawatan
Perlindungan

Layanan Layanan
Pengasuhan Kesejahteraan
03

POSYANDU
POSYANDU
Salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi
Sejarah Lahirnya POSYANDU

lnstruksi Bersama untuk


Kebijakan Pembangunan
menyatukan pos-pos pelayanan
Kesehatan Masyarakat
kesehatan menjadi satu wadah
Desa (PKMD) tahun 1975
(POSYANDU) tahun 1984

POSYANDU dilakukan secara


Terbentuknya pos-pos
massal pertama kali tahun 1986 di
pelayanan kesehatan
Yogyakarta
Kebijakan/ Landasan Hukum
● Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 28H ayat 1 ● Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah
● Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak ● Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
● Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim ● Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang
Pendidikan Nasional Kelurahan

● Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim ● Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Perencanaan Pembangunan Nasional Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah
● Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah ● Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi
● Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pemerintah Kabupaten/Kota
Tujuan Program POSYANDU

1. Meningkatnya peran masyarakat


dalam penyelenggaraan upaya Menunjang percepatan penurunan
kesehatan dasar, terutama yang Angka Kematian lbu (AKI), Angka
berkaitan dengan penurunan UMUM Kematian Bayi (AKB) dan Angka
AKI, AKB dan AKABA. Kematian Anak Balita (AKABA) di
2. Meningkatnya peran lintas Indonesia melalui upaya
sektor dalam penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat
Posyandu, terutama berkaitan
dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
KHUSUS
3. Meningkatnya cakupan dan
jangkauan pelayanan kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan
dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
Kegiatan Program
POSYANDU

Kegiatan Utama Kegiatan


Pengembangan

• Kesehatan lbu dan Anak • Bina Keluarga Balita (BKB)


(KIA) • Kelas lbu Hamil dan Balita
• Keluarga Berencana (KB) • Pos Pendidikan Anak Usia Diri
• Imunisasi (PAUD)
• Pelayanan gizi • Kesehatan lanjut usia melalui
• Pencegahan dan Bina Keluarga Lansia (BKL)
Penanggulangan Diare • Kesehatan Reproduksi Remaja
(KRR)
• dll
04

Program Gizi Anak Sekolah


(PROGAS)
PROGAS
Program bantuan pemerintah dalam bentuk pemberian
sarapan kepada peserta didik dengan tujuan
meningkatkan asupan gizi dan kebiasaan sarapan, serta
memberikan pendidikan karakter kepada peserta didik
untuk membiasakan diri hidup bersih dan sehat

-KEMDIKBUD-
Sejarah Lahirnya PROGAS

Tahun 1997-2000 Tahun 2010 dan Tahun 2016


telah 2011 program dibuat program
dilaksanakan PMT-AS menjadi yang lebih
program Penyediaan komprehensif
Pemberian Makanan dalam
Makanan Tambahan Anak peningkatan
Tambahan bagi Sekolah (PMT- kualitas gizi dan
Anak Sekolah AS) dalam kesehatan➔
(PMT-AS) bentuk kudapan PROGAS
Kebijakan/ Landasan Hukum
Terdapat 29 kebijakan yang melandasi terbentuknya
PROGAS ini 9 diantanya berkaitan dengan gizi:

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2011
Tentang Kesehatan Tentang Pedoman Penyediaan Makanan Tambahan
Anak Sekolah
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014
Pangan Tentang Pedoman Gizi Seimbang

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013
Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan Tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi
Bangsa Indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015
Tentang Ketahanan Pangan dan Gizi Instruksi Presiden No 3 Tahun 2010 tentang perlunya
disusun dokumen Rencana Aksi Nasional Pangan dan
Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 Gizi
Tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
Tujuan
Program PROGAS

Tujuan Umum Tujuan Khusus


1. Meningkatkan asupan gizi peserta didik Sekolah
Dasar melalui penyediaan konsumsi pangan
dengan prinsip gizi seimbang
2. Meningkatkan ketahanan jasmani peserta didik
Sekolah Dasar
3. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik
Meningkatkan perilaku hidup bersih dan
gizi seimbang peserta didik Sekolah Dasar
sehat, asupan gizi serta kemampuan belajar
4. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
dalam upaya membentuk karakter insan
peserta didik Sekolah Dasar
Indonesia yang sehat, cerdas, produktif,
5. Meningkatnya kehadiran dan minat belajar
tangguh dan berdaya saing
peserta didik sekolah dasar dalam kegiatan
pembelajaran
6. Meningkatkan kecintaan peserta didik Sekolah
Dasar terhadap pangan local
7. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
memanfaatkan dan menyediakan pangan lokal
Kegiatan
Program PROGAS

Pendidikan Gizi

Pendidikan Karakter Penyediaan Asupan Gizi

Tiga rangkaian kegiatan utama yang


dilakukan oleh PROGAS
05

Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja
(PKPR)
PKPR

PKPR singkatan dari Pelayananan Kesehatan Peduli


Remaja. PKPR adalah program pemerintah yang
diampu Dinas Kesehatan di tingkat
Kabupaten/Kota, dikoordinas Dinkes tingkat
Provinsi, untuk melayani kesehatan remaja. Program
ini secara resmi telah berjala sejak tahun 2003. Di
tingkat lapangan, PKPR dijalankan oleh Puskesmas.
PERATURAN DAN KEBIJAKAN TENTANG UPAYA
KESEHATAN ANAK
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25
TAHUN 2014
REMAJA
Remaja adalah kelompok usia 10 tahun
sampai berusia 18 tahun.

Remaja periode Merupakan periode Walau secara biologis remaja


transisi menemukan jati kritis shg perlu dibina & telah mampu bereproduksi, tapi
diri, kedewasaan dibimbing dgn benar. secara fisik p’kembangannya
biologis & psikologi. blm sempurna banyak
masalah kesehatan yang dapat
terjadi berkaitan reproduksi
Sumber: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK remaja
INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014
Masalah kesehatan REMAJA

● Spt tingginya risiko kematian krn khmln remaja


perempuan usia 15-19 thn 2x > tinggi dr
perempuan usia 20-24 th.

● Bayi yg lahir dari ibu remaja cenderung lahir


prematur & menderita gangguan pertumbuhan
> risiko kematian bayi juga > tinggi

● Masa globalisasi, ketidakmampuan menyeleksi


informasi yg masuk dpt menimbulkan mslh yg
cukup serius (kurang gizi, PMSl &
penyalahgunaan NAPZA) > penanganan sec.
dini dgn plynn yg bermutu sesuai kbthn remaja.
Tujuan PKPR

Tujuan Umum :
Optimalisasi pelayanan kesehtan remaja di Puskesmas

Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remja yang
berkualitas
2. Meningkatkan pemanFataan puskesmas oleh remaja untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam
pencegahan masalah kesehatan khusus pada remaja
4. Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja
RUANG LINGKUP PELAYANAN PKPR
Fokus sasaran layanan puskesmas PKPR adalah berbagai kelompok
remaja, antara lain:

1. Remaja di sekolah: sekolah umum, madrasah, pesantren, sekolah luar


biasa.

2. Remaja di luar sekolah: karang taruna, saka bakti husada, palang


merah remaja, panti yatim piatu/rehabilitasi, kelompok belajar
mengajar, organisasi remaja, rumah singgah, kelompok keagamaan.

3. Remaja putri sebagai calon ibu dan remaja hamil tanpa


mempermasalahkan status pernikahan.

4. Remaja yang rentan terhadap penularan HIV, remaja yang sudah


terinfeksi HIV, remaja yang terkena dampak HIV dan AIDS, remaja
yang menjadi yatim/piatu karena AIDS
RUANG LINGKUP PELAYANAN PKPR
5. Remaja berkebutuhan khusus, yang meliputi kelompok
remaja sebagai berikut:
● Korban kekerasan, korban traficking, korban eksploitasi
seksual
● Penyandang cacat, di lembaga pemasyarakatan (LAPAS),
anak jalanan, dan remaja pekerja
● Di daerah konflik (pengungsian), dan di daerah terpencil
Paket Pelayanan Remaja yang Sesuai dengan Kebutuhan
Meliputi pelayanan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif yang harus
diberikan secara komprehensif di semua
tempat yang akan melakukan pelayanan Pelaksanaan melalui :
remaja dengan pendekatan PKPR. Intervensi a. pelayanan konseling
meliputi : b. pelayanan klinis medis
c. pelayanan rujukan
• Pelayanan kesehatan reproduksi remaja (meliputi infeksi
menular seksual/IMS, HIV&AIDS) termasuk seksualitas
d. pemberian komunikasi,
dan pubertas informasi dan edukasi
• Pencegahan dan penanggulangan kehamilan pada
remaja
kesehatan Remaja
• Pelayanan gizi (anemia, kekurangan dan kelebihan gizi) e. partisipasi Remaja
termasuk konseling dan edukasi
• Tumbuh kembang remaja
f. keterampilan sosial.
• Skrining status TT pada remaja
• Pelayanan kesehatan jiwa remaja, meliputi: masalah
psikososial, gangguan jiwa, dan kualitas hidup
• Pencegahan dan penanggulangan NAPZA Sumber : peraturan menteri kesehatan republik
• Deteksi dan penanganan kekerasan terhadap remaja indonesia nomor 25 tahun 2014 pasal 30 ayat 1
• Deteksi dan penanganan tuberkulosis
• Deteksi dan penanganan kecacingan
Kriteria Puskesmas mampu melaksanakan
PKPR
KRITERIA

a. Memberikan pelayanan konseling pada semua Standar Nasional PKPR ini mengatur 5
remaja yang memerlukan konseling yang kontak aspek yang berkaitan dengan
dengan petugas PKPR. penyelenggaraan PKPR,
b. Melakukan pembinaan pada minimal 1 (satu) yaitu:
sekolah dalam 1 (satu) tahun di sekolah umum 1. SDM kesehatan
atau sekolah berbasis agama, dengan minimal 2. Fasilitas kesehatan
melaksanakan kegiatan KIE di sekolah binaan 3. Remaja
minimal 2 kali dalam setahun. 4. Jejaring, dan
c. Melatih konselor sebaya di sekolah minimal 5. Manjemen Kesehatan
sebanyak 10% dari jumlah murid sekolah binaan.
PELAKSANAAN PKPR DI PUSKESMAS
Standar Minimal :
Dalam • KIE
Gedung • Konseling
• Pelayanan Medis
• Rujukan
• Pelayanan lain

Puskesmas Jejaring dan


PUSKESMAS Kemitraan
PKPR Lintas Sektoral

• Kajian 1. Melalui UKS :


sederhana • Penjejaringan
• Tim : Puskesmas kesehatan
Kabupaen Luar Gedung • Pemeriksaan
• SDM : berkala
Pusat,Provinsi • Konseling
• Sarana 2. Puskesmas Keliling :
• Konseling
06

ASI Ekslusif
PROGRAM ASI EKSKLUSIF

Program ASI eksklusif merupakan program


promosi pemberian ASI saja pada bayi tanpa
memberikan makanan atau minuman lain.
Kegiatan pelaksanaan peningkatan cakupan
program ASI eksklusif di Puskesmas berupa
kegiatan penyuluhan atau sosialisasi yang
dilakukan oleh bidan desa pada saat
kegiatan posyandu (Andriani,2016)
PERATURAN DAN KEBIJAKAN TERKAIT PEMBERIAN ASI DI
INDONESIA
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusi, ada beberapa program pemberian ASI
Ekslusif yang perlu diperhatikan oleh pemerintah
daerah antara lain:

a b c
Melaksanakan advokasi Memberikan pelatihan Mengintegrasikan
dan sosialisasi program mengenai program materi mengenai ASI
pemberian ASI Ekslusif Ekslusif pada kurikulum
dan Akses Informasi pendidikan

d e f
Membina, mengawasi, Mengembangkan ilmu Mengembangkan kerja
serta mengevaluasi pengetahuan dan sama mengenai
pelaksanaan dan teknologis yang program ASI Ekslusif
pencapaian program berkaitan dengan ASI
pemberian ASI Ekslusif Ekslusif
Pengaturan pemberian ASI Eksklusif
bertujuan untuk:

Menjamin pemenuhan Memberikan perlindungan Meningkatkan peran dan


hak Bayi untuk kepada ibu dalam dukungan Keluarga,
mendapatkan ASI memberikan ASI Eksklusif masyarakat, Pemerintah
Eksklusif sejak dilahirkan kepada bayinya Daerah, dan Pemerintah
sampai dengan berusia 6 terhadap pemberian ASI
(enam) bulan dengan Eksklusif
memperhatikan
pertumbuhan dan
perkembangannya;
Komponen Program ASI Ekslusif

Biaya Metode
Keberhasilan

Sumber Daya Materi dan


Manusia Media Terkait
dengan program
penyuluhan
promosi ASI
Paramita (2015) Eksklusif
Proporsi Pola Pemberian ASI pada Bayi umur
0-5 bulan menurut provinsi

Sumber : Riskesdas 2018


PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Meningkatkan peran Meningkatkan peran Meningkatkan peran dan


sumber daya manusia dan dukungan dukungan pengurus
di bidang kesehatan, Keluarga dan Tempat Kerja dan
Fasilitas Pelayanan masyarakat untuk penyelenggara sarana
Kesehatan, dan satuan keberhasilan program umum untuk keberhasilan
pendidikan kesehatan pemberian ASI program pemberian ASI
dalam mendukung Eksklusif; dan Eksklusif
keberhasilan program
pemberian ASI
Eksklusif;
PELAKSANAAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Advokasi dan Pelatihan dan Monitoring dan Evaluasi.


sosialisasi peningkatan peningkatan kualitas
pemberian ASI Tenaga Kesehatan dan
Eksklusif; tenaga terlatih;
dan/atau
Indikator Program ASI dan Cakupan
Program ASI
Penurunan
Penurunan perentase
persentase bayi penggunaan
sakit susu formula

Penurunan Penurunan Meningkatkan


persentase gizi persentase kesadaran
buruk pada bayi angka kematian masyarakat
bayi tentang
pemberian ASI
Rusli (2012)
Ekslusif dari
usia 0-6 bulan
07

POSBINDU Lansia
POS PEMBINAAN TERPADU LANSIA
Indonesia merupakan negara
dengan struktur penduduk tua PERMASALAHAN KESEHATAN
(Aging Population), dimana LANSIA
populasi lanjut usia (lansia) 0,8 4,4
saat ini diproyeksikan sebesar
27,08 juta jiwa atau 9,99% dari 4,5 0,4
total penduduk Indonesia. 5,7 Hipertensi
Diabetes Militus
Jantung
Kanker
Gangguan Ginjal
63,5 Stroke

Sumber : Riskesdas 2018


Kebijakan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia
Permenkes No. 75 Th 2014
Pasal 11 ayat 1 poin c (Bangunan Puskesmas harus Permenkes No.25 Thn. 2016 Rencana
meliputi persyaratan : menyediakan fungsi, n Aksi Nasional Kesehatan Lansia
Keamanan, Kenyaanan , Perlindungan Keselamatan tahun 2016-2029
dan Kesehatan serta Kemudahan dalam mmberi
pelayanan bagi semua orang termasuk yang Pasal 1: Pengaturan RAN Kesehatan
berkebutuan khusus , anak-anak dan lanjut usia Lansia th 2016-2019 bertujuan untuk
memberikan acuan bagi pemerintah
pusat, daerah, dan pemangku
Permenkes No.79 Th 2014 Penyelenggaraan Pelayanan kepentingan lain berupa langkah-
Geriatri di Rumah Sakit langkah konkrit yang harus
Pasal 3 ayat 3 : Pelayanan Geriatri sebagaimana yang dilaksanakan secara berkesinmbungan
diamksud pada ayat 1 dan 2 dilaksanakan secara terpadu dalam rangka peningkatan derajat
dnegan Pendekatan Multidisiplin bekerja secara Interdisiplin kesehatan lansia untuk mencapai
Paal 4 ayat 1 : Berdasarkan kemampuan pelayanan geriatri lansia yang sehat, mandiri, aktif,
di Rumah Sakit dibagi menjadi (a) tingkat sederhana (b) produktif dan berdayaguna bagi
tmgkat lengkap (c) tingkat sempurna dan (d) tingkat keluarga masyarakat
paripurna
Tujuan Kebijakan Pelayanan Kesehatan
Lanjut usia
Meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan
bagi lansia di fasyankes primer dan rujukan serta
pemberdayaan potensi lansia

Meningkatkan derajat kesehtan lansia untuk mencapai


Lansia yang SMART ( Sehat, Mandiri, Aktif, pRodukTif) dan
berdayaguna bagi keluarga dan masyarakat`

Pra Lansia Lansia


Sasaran
( 45-59 Thn) (>60 Thn)
Kegiatan Posbindu Lansia
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) adalah suatu wadah pelayanan
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM ) untuk melayani
penduduk lansia, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya
dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat
(LSM), lintas sektor pemerintah dan non- pemerintah, swasta,
organisasi sosial dan lain-lain, dengan meni!k beratkan pelayanan
kesehatan pada upaya promotif dan preventif (Kemenkes RI, 2016 )

Tujuan : meningkatkan derajat kesesehatan dan mutu kehidupan


lansia demi mencapai masa tua yang bahagia dan bergaya guna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
keberadaanya, sedangkan tujuan khusus pembentukan posbindu (Putra,
2015).
Pelaksanaan Kegiatan Posbindu Lansia
Meja penimbangan dan
pencatatan berat badan, 4. Tempat melakukan
pengukuran dan kegiatan konseling
pencatatan tinggi badan (kesehatan, gizi, dan
serta perhitungan indeks kesejahteraan
masa tubuh (IMT).
)

1. Pendaftaran 3. melakukan 5. pemberian informasi


kegiatan dan melakukan kegiatan
pemeriksaan sosial (pemberian
dan pengobatan makanan tambahan,
sederhana bantuan modal,
(tekanan darah, pendampingan, dan lain
gula darah, HB, lain ).
pemberian
vitamin, dll)
Referensi
● Kementerian Kesehatan RI. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2020. 2021
● Suryani. 2018. Mengejar Periode Emas 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak. Jakarta.
Available at https://pps.unj.ac.id/mengejar-periode-emas-1000-hari-pertama-kehidupan-
anak/
● Yekti. 2020. 1000 Hari Pertama Kehidupan. Jakarta. Universitas Kristen Indonesia
● Kementerian Kesehatan RI. 2012. Penuhi Kebutuhan Gizi Pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan. Available at https://www.kemkes.go.id/article/view/2014/penuhi-kebutuhan-gizi-
pada-1000-hari-pertama-kehidupan.html
● Kementerian Kesehatan RI. 2016. Bangsa Sehat Berprestasi Melalui Percepatan Perbaikan
Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Available at
https://www.kemkes.go.id/article/view/16032200003/bangsa-sehat-berprestasi-melalui-
percepatan-perbaikan-gizi-pada-1000-hari-pertama-kehidupan.html
● Permenkes No.25 Thn. 2016 Rencana n Aksi Nasional Kesehatan Lansia tahun 2016-2029
● Adriani M, dan Wirjatmadi B, 2016. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan Cetakan ke 3.
Jakarta : Prenadam, direktorat kesga, materi training pelayanan kesehatan peduli
remaja, 2003
● Kementrian Kesehatan RI dan Kesejahteraan Sosial, Direktorat Promosi Kesehatan,
Konseling kesehatan dalam pemberdayaan keluarga Panduaan training konseling bagi
petugas kota / kabupaten, 2001
● Bappenas. 2013. Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan
Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan.
● Rahayu dkk. 2018. Buku Ajar Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan. Yogyakarta. CV
Mine
● Nefy dkk. 2019. Implementasi Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan di
Kabupaten Pasaman 2017. Media Gizi Indonesia.
https://doi.org/10.204736/mgi.v14i2.186–196
● Bappenas. 2012. Peluncuran Gerakan Nasional 1000 HPK. Available at
https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/kegiatan-utama/peluncuran-
gerakan-nasional-1000-hpk/
● Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta.
Kemenkes RI
● Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Petunjuk Teknis Program Gizi
Anak Sekolah PROGAS. Jakarta
● Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
PAUD Holistik Integratif di Satuan PAUD. Jakarta
● Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014
● PP NO 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
● Permenkes No. 75 Th 2014
● Permenkes No.79 Th 2014 Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit
● Badan Penelitian dan Pengembagan.2018, Riset Kesehatan Dasar
TERIMAKASIH
Pertanyaan Diskusi
1. Fokus sasaran PKPR meliputi remaja di sekolah dan remaja di luar sekolah termasuk remaja
berkebutuhan khusus, korban kekerasan, dan di daerah konflik/bencana.
a. Bagaimana strategi intervensi yang efektif utk kelompok remaja di luar sekolah tsb?
b. Pendekatan apa yg dpt dilakukan krn biasanya utk remaja luar sekolah sulit dijangkau?
c. Topik pelayanan kesehatan apa yang paling dibutuhkan sesuai permasalahan kelompok remaja luar
sekolah?
2. Dari 7 program yang telah disampaikan, menurut kelompok program manakah yg sudah berjalan baik
dan yg manakah yang belum baik? Untuk program yangg belum baik, kira-kira apa penyebabnya dan
menurut kelompok bagaimana cara untuk mengoptimalkan progam tersebut?
3. Seperti yangg disebutkan, PAUD HI membutuhkan kolaborasi banyak pihak terkait. Namun padd
kenyataannya belum banyak pihak yang terlibat didalamnya. Bagaimana mendorong agar pihak-
pihak tersebut mau terlibat dan juga berkontribusi dalam apelaksaanan PAUD HI?
4. Di PROGAS ada pendidikan karakter, itu isinya bagaimana? Apa hubungan pendidikan karakter dan
gizi?
Jawaban Diskusi

JAWABAN N0. 1
• Intervensi yang dibutuhkan yaitu dengan pemberdayaan organisasi-organisasi yang ada di luar sekolah seperti
remaja masjid, karang taruna dan lain-lain, dengan memberikan pelatihan kepada organisasi tersebut tentang topik
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan permasalahan kesehatan yang ada di wilayah tersebut, contoh
pendekatan yang dapat dilakukan yaitu dengan konseling sebaya dimana anggota organisasi remaja yang di
berikan pelatihan konseling sebaya akan memberikan konseling kepada teman-teman sebayanya terkait
permaslaahan kesehatan yang ada
• Untuk topik sendiri harus ditentukan sesuai dengan data kesehatan yang ada ( evidence base serta lokal based)
agar sesuai dengan sasaran dan topik pelayanan kesehatan yang diberikan

JAWABAN N0. 2
• Dalam hal ini menurut kelompok semua program yang sudah ada pelaksanaannya sudah baik, karna pasti dari
pihak pemerintah sudah merencanakan sedemikaian rupa penyusunan program kesehatan itu sendiri, tetapi yang
perlu di optimalkan atau yang masih kurang sepengetahuan atau sepengalaman kami yaitu MONEV yang masih
kurang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun pemerintah sendiri.Untuk mengoptimalkan program dapat
dilakukan mulai dari input programa, proses, output serta feedback program tersebut terutama dalam proses
implementasi program sendiri (komunikasi, sumber daya, stuktur birokrasi dan desposisi)
Jawaban Diskusi

JAWABAN N0. 3
1. Kampanye program➔ perkenalkan program yang ada, manfaat yang bisa dirasakan
2. Penyediaan SDM➔ SDM harus terpenuhi, yang menjdai kendala sampai dengan saat ini adalah keterbatasan
sdm. Perekrutan guru paud, regenerasi kader dll
3. Tingkatkan kolaborasi antar lintas sektor➔ berdasarkan petunjuk teknis pelaksanaan, paud hi ini dapat
dilakukan di satuan paud➔ dalam satuan paud menyelenggarakan seluruh kegiatannya. Atau bisa juga satuan
paud berkolaborasi dengan posyandu,
4. Monev yang jelas
Menurut Perpres No. 60 Tahun 2013 terdapat strategi untuk Pengembangan Program PAUD-HI:
a. penguatan dan penyelarasan landasan hukum;
b. peningkatan advokasi, komitmen, koordinasi dan kerjasama antar instansi pemerintah, Lembaga penyelenggara
layanan, dunia usaha, dan organisasi terkait;
c. peningkatan kapasitas dan kompetensi kader, masyarakat, penyelenggara, dan tenaga pelayanan;
d. penyediaan pelayanan yang merata, terjangkau, dan berkualitas;
e. internalisasi nilai-nilai agama dan budaya; dan
f. pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan pemahaman dan persiapan pra nikah calon pengantin, orang
tua, keluarga, dan pengasuh pengganti dalam melakukan pengasuhan anak secara optimal.
Jawaban Diskusi
JAWABAN N0. 4
Dalam tujuan PROGAS secara umu yaitu Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, asupan gizi serta kemampuan
belajar dalam upaya membentuk karakter insan Indonesia yang sehat, cerdas, produktif, tangguh dan berdaya saing.
Sehingga Pendidikan karakter pada PROGAS saling terkait dengan tujuan. Untuk mencapai tujuan terserbut, maka di
kegiatan Pendidikan karakter pun memiliki tujuan seperti:
Pendidikan karakter bertujuan:
menanamkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat pada peserta didik dan warga sekolah dalam upaya mendukung
terwujudnya karakter Insan Indonesia yang sehat, cerdas, produktif, tangguh dan berdaya saing. Secara khusus,
pendidikan karakter diberikan kepada peserta didik Sekolah Dasar dalam rangka:
• Menanamkan budaya kejujuran (tidak mengambil hak orang lain)
• Menanamkan budaya mencintai tanah air (mencintai produk lokal, menghargai petani, peternak dan nelayan)
• Menanamkan budaya disiplin (tidak terlambat, antri, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan)
• Menanamkan budaya bersyukur (berdoa sebelum dan sesudah makan, menerima dan menyukai makanan yang
disajikan)
• Mengasah kepemimpinan (memimpin doa, dan lain sebagainya)
• Mengasah kepekaan, toleransi dan empati (tidak berebut makanan, membantu teman dan guru)
• Mengasah rasa tanggung jawab (menghabiskan porsi makanan yang diterima)
• Menanamkan budaya kerja sama (membantu pembagian makanan, merapikan kembali peralatan makan)
• Menanamkan kebersamaan (makan bersama)
• Meningkatkan budaya tenggang rasa (berbagi)

Anda mungkin juga menyukai