BAB I Jos
BAB I Jos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik
atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan proses
peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan
kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi
penekanan dalam cairan tubuh.
Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar dari
pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa radang.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali
mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun
sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat
terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat
pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Eksudat merupakan substansi yang merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada
radang, berupa nanah.
B. Tujuan
ISI
Cairan pleura adalah cairan dalam rongga pleura dalam paru – paru. Fungsiya sebagai pelumas.
Normalnya cairan pleura sangat sedikit jumlahnya hampir tidak bisa diukur volumenya. Karena kondisi
patologis, caiaran jumlahnya meningkat sehingga dapat dianalisa dan akan berupa transudat atau
eksudat (Regina, 2011).
Transudat
Pengertian
Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat karena gangguan
keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang, misalnya karena gangguan sirkulasi. Transudat
mengandung sedikit protein, berat jenisnya rendah dan tidak membeku. Transudat misalnya terjadi pada
penderita penyakit jantung, penderita payah jantung, menyebabkan tekanan dalam pembuluh dapat
meninggi sehingga cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam jaringan (Regina, 2011).
1) Hidrotoraks
2) Hidroperikardium
3) Hidroperitoneum
4) Hidroarrosis
2) Sindroma nefrotik
3) Cirrhosis hepatis
2) Kejernihahan : jernih
4) Tak ada bekuan, atau membeku lambat / dalam jangka waktu lama
5) Bau tidak khas
7) Glukosa = plasma
1. Eksudat
Pengertian
Eksudat adalah cairan patologis dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke dalam jaringan pada waktu
radang. Bila radang terjadi pada pleura, maka cairan radang juga dapat mengisi jaringan sehingga terjadi
gelembung, misalnya terjadi pada kebakaran. Cairan yang terjadi akibat radang mengandung banyak
protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi daripada plasma normal. Begitu pula cairan radang ini dapat
membeku karena mengandung fibrinogen (Regina, 2011).
a) Eksudat serosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang terlarut dengan
sangat sedikit leukosit. Eksudat serosa pada dasarnya terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-
pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan cairan yang menyertainya.
Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka melepuh.
b) Eksudat fibrinosa
Eksudat fibrinosa terbentuk jika protein yang dikeluarkan dari pembuluh terkumpul pada daerah
peradangan yang mengandung banyak fibrinogen. Contoh pada penderita pleuritis akan merasa sakit
sewaktu bernafas, karena terjadi pergesekan sewaktu mengambil nafas.
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat sel-sel yang dapat
mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena eksudat ini merupakan sekresi
sel bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah. Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan
sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi pemafasan bagian atas.
Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama terdiri dari neutrofil
polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak. Eksudat neutrofil semacam ini disebut purulen.
Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi bakteri.
3) Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini dinamakan sesuai dengan
campurannya.Jika terdapat eksudat fibrino-purulen yang terdiri dari fibrin dan neutrofil
polimorfonuklear, eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan neutrofil, eksudat serofibrinosa dan
sebagainya.
Bentuk-bentuk Eksudat (Regina, 2011):
1) Serous
2) Fibrinous
3) Haemorrhagis
4) Purulent
5) Berbentuk kombinasi
2) Kejernihan keruh
Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi
dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat)
(Anggraheni, 2011).
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan kesetimbangan cairan badan
(tekanan osmosis koloid, stasis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb.),
sedangkan eksudat bertalian dengan salah satu proses peradangan (Anggraheni, 2011).
Di dalam rongga serosa dalam keadaan normal terdapat sedikit cairan yang berfungsi sebagai pergerakan
alat-alat di dalam rongga tersebut. Dalam keadaan normal, cairan bergerak antara pembuluh darah dan
cairan ekstravaskuler, disini terdapat keseimbangan antara tekanan koloid osmotic plasma dan tekanan
hidrostatik yang mendorong cairan kedalam jaringan yang menyebabkan cairan tetap tinggal dalam
pembuluh darah. Tetapi pada keadaan patologis tertentu, misalnya (Anggraheni, 2011).:
Eksudat terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah. Eksudat terbentuk apabila lapisan kapiler atau membrane rusak oleh proses
peradangan atau neoplastik. Akibatnya protein berukuran besar dan konstituen darah lainnya bocor
keluar untuk masuk ke jaringan dan rongga tubuh. Pada peradangan aktif, kandungan protein pada
cairan ini meningkat. Sedangkan Transudat eksudat dapat terjadi pada (Anggraheni, 2011):
1.Sindroma nefrotik
2.Sirosis hepatic
3.Gagal jantung
TRANSUDA EKSUDAT
Kadar glukosa sama dengan plasma darah Kadar glukosa lebih kecil dari plasma darah
Zat lemak (-). Zat lemak (+)
Bahan (dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hidrocele,dsb.) didapat dengan mengadakan
pungsi. Karena tidak dapat diketahui terlebih dulu apakah cairan itu berupa transudat atau eksudat,
haruslah pertama-tama syarat bekerja steril diindahkan dan kedua untuk menyediakan anticoagulant.
Sediakanlah pada waktu melakukan pungsi selain penampung biasa juga penampung steril (untuk
biakan) dan penampung yang berisi larutan natrium citrat 20% atau heparin steril (Anggraheni, 2011).
Yang harus diperhatikan pada waktu pungsi adalah Pengambilan cairan tidak boleh seluruhnya karena
(Anggraheni, 2011):
Pemeriksaan transudat eksudat berguna untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa dan
mengusahakan mencari penyebabnya . Pemeriksaan harus dilakukan dengan cepat karena mudah
terjjadi desintegrasi, oleh karena itu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan adalah pemeriksaan
sitologi (Anggraheni, 2011).
BAB III
METODE KERJA
A. Tujuan Pemeriksaan
Pemeriksaan Makroskopis
1. Volume
Mengetahui volume sampel
2. Warna
3. Kekeruhan
4. Bau
5. Berat jenis
6. Bekuan
7.Pemeriksaan Mikroskopis
Menghitung jumlah sel lekosit dalam cairan dan mengetahui bahwa sampel cairan tubuh tersebut
transudat atau eksudat
Mengetahui jenis sel lekosit dalam cairan/sampel, sehingga dapat menentukan jenis cairan tersebut
(transudat/eksudat).
9. Pemeriksaan Bakteriologi
Mengetahui adanya kuman–kuman dalam sampel sehingga dapat menentukan jenis cairan tersebut
apakah transudat atau eksudat.
B. Prinsip Pemeriksaan
Pemeriksaan Makroskopis
Volume
Volume transudat dan eksudat diukur dengan gelas ukur dan hasilnya dibaca setinggi miniskus bawah.
Warna
Warna cairan diamati pada ketebalan cairan 7 – 10 cm secara visual dengan cahaya terang.
Kekeruhan
Kekeruhan cairan diamati pada ketebalan 7 – 10 cm secara visual dengan cahaya tembus.
Bau
Berat Jenis
Berat jenis cairan dilihat pada tangkai urinometer setinggi miniskus bawah
Bekuan
Pemeriksaan Mikroskopis
Jumlah sel lekosit dihitung berdasarkan pengenceran dalam larutan pengencer dan jumlah sel dalam
cairan dalam kamar hitung.
Endapan cairan dibuat hapusan, kemudian diwarnai dengan pewarnaan tertentu (Giemsa/Wright)
maka sel lekosit akan mengambil warna zat.Lalu dihitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000X
dalam 100 % sel lekosit.
Pemeriksaan Bakteriologi
Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu dari carbol gentian violet dan akan diperkuat oleh lugol
sehingga pada saat pelunturan dengan alkohol 96 % warna ungu tidak akan luntur, sedangkan gram (-)
akan Luntur oleh alkohol dan mengambil warna merah dari fuksin.
Pemeriksaan Kimia
Adanya seromucin yang terdapat dalam eksudat akan bereaksi dengan asam asetat glasial menimbulkan
kekeruhan yang dinilai secara kualitatif.
Protein cairan dapat ditetapkan berdasarkan jumlah protein yang ditetapkan oleh pereaksi tsuchiya
dengan menggunakan albunirometer.
C. Alat
Pemeriksaan Makroskopis
Volume
1) Gelas ukur
2) Beaker glass
3) Corong
Warna
1) Tabung reaksi
2) corong
Bau
Beaker glass
Kekeruhan
1) Tabung reaksi
2) Corong
Berat Jenis
1) Beaker glass
2) Gelas ukur
3) urinometer
Bekuan
1) Beaker glass
2) Batang pengaduk
3) Pipet tetes
Pemeriksaan Mikroskopis
1) Mikroskop
3) Pipet Lekosit
4) Kaca Penutup
2) Pipet tetes
3) Pipet ukur
4) Gelas ukur
5) Rak pewarnaan
6) Mikroskop
Pemeriksaan Bakteriologi
Objek Glass
Pipet tetes
Mikroskop
Pemeriksaan Kimia
1) Beaker glass
2) Pipet tetes
1) Tabung Esbach
2) Pipet tetes
3) Timer
D. Bahan
Pemeriksaan Makroskopis
Volume
Warna
Bau
Kekeruhan
Berat Jenis
Bekuan
Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan Mikroskopis
1) Giemsa
Komposisi : 1 gr giemsa
2) Wright
60 ml Methanol absolute
KH2PO4 6,63 gr
Na2HPO4 3,2 gr
Pemeriksaan Bakteriologi
Cat Gram
Lugol 1 %
Alkohol 96 %
Karbol Fuchsin 1 %
Pemeriksaan Kimiawi
Asam asetat
Reagen Esbach
F. Cara Kerja
Pemeriksaan Makroskopis
Volume
3) Lihat volume cairan yang ada pada gelas ukur pada miniskus bawah.
Warna
Bau
Kekeruhan
Berat Jenis
4) Bacalah berat jenis cairan pada skala urinometer setinggi miniskus bawah.
Bekuan
Jika cairan bisa dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (-).
Jika cairan sulit dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (+).
Pemeriksaan mikroskopis
6) Buang beberapa tetes larutan pertama, kemudian tetesan selanjutnya dimasukkan kedalam kamar
hitung. Biarkan mengendap 2-3 menit. Dan hitung didalam kamar hitung di bawah mikroskop. Dengan
pembesaran sedang (10 X 45), sebanyak 4 kotak besar.
1) Sediaan apus dibuat dengan cara yang berlain-lainan tergantung sifat cairan itu:
a) Jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel, pusinglah 10 Sampai 15 ml
sampel 1500 rpm selama 10 menit.
b) Cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes serum penderita sendiri. lalu
dibuat hapusan.
c) Kalau cairan keruh sekali atau purulent, dibuat sediaan apus langsung memakai bahan itu. Jika
terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk membuat sediaan tipis.
3) Digenangi dengan zat warna Giemsa atau Wright selama 15 menit, buang sisa zat warna dan cuci
dengan aquades, keringkan diudara.
4) Dihitung jenis sel atas 100-300 sel, di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 X.
Pemeriksaan Bakteriologi
Setetes sampel yang telah disentrifuge dibuat hapusan diatas objek glass, dan dikeringkan.
Pemeriksaan Kimiawi
3) Jatuhkan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran ini, dilepaskan kira-kira 1 cm dari atas
permukaan.
4) Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang mengandung asam asetat. ada
tiga kemungkinan:
4) Kemudian lakukan penetapan cara Esbach seperti pada pemeriksaan protein rutin,sebagai berikut:
G. Interpretasi Hasil
Pemeriksaan Makroskopis
Warna
Hijau = bilirubin
Merah = darah
Bau
Transudat : jernih
Berat Jenis
Bekuan
Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan Kimiawi
Eksudat : 4 g/dl
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kekeruhan
Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan eksudat biasanya ada kekeruhan. Jika mungkin, kekeruhan
yang menunjuk kepada sifat eksudat itu dijelaskan lebih lanjut sebagai umpamanya serofibrineus,
seropurulent, serosanguineus, hemoragik, fibrineus, dll (Willy, 2012).
Serous
Seropurulen
Serosanguinis
Putrid
Purulent
Serofibrinous
B. Positif
Hasil positif didapatkan pada cairan yang bersifat eksudat, dan transudat biasanya menjadikan test ini
memberikan hasil positif lemah.
C. Positif Palsu
Hasil positif palsu (false positif) dapat terjadi bila sampel sifatnya terlalu basa atau encer.
D. Negatif
Hasil test negative diperoleh jika pemeriksaan yang dilakukan menggunakan cairan rongga badan yang
normal, yaitu bukan transudat dan eksudat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat karena gangguan
keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang.
Eksudat adalah cairan patologis dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke dalam jaringan pada waktu
radang.
Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi
dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat).
Eksudat terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah. Sedangkan Transudat eksudat dapat terjadi pada sindroma nefrotik, sirosis hepatic dan
gagal jantung.
Untuk membantu diagnosa dan membedakan apakah itu transudat atau eksudat maka dilakukan
pemeriksaan diantaranya pemeriksaaan makroskopis, mikroskopis, bakteriologi dan pemeriksaan
kimiawi.
B. Saran
Pemeriksaan mikroskopis (hitung jenis leukosit) harus menggunakan larutan cat yang baru agar leukosit
terlihat jelas, perhatikan juga pembuatan preparat supaya hasil dapat optimal dan kesalahan dapat
dikurangi.
Pada pemeriksaan metode rivalta, pengamatan tetesan harus jeli dan teliti agar tidak terjadi kesalahan.
Sebaiknya saat meneteskan sampel menggunakan dropple pipet supaya banyak tetesannya karena
diameter dropple pipet sama satu dengan yang lainnya