Pemeriksaan Transudat Dan Eksudat
Pemeriksaan Transudat Dan Eksudat
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan
hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan
proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang
mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita hamil
dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar
dari pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa
radang.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan
seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan
emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan
protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik
intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit
leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Eksudat merupakan substansi yang merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan
sekitarnya pada radang, berupa nanah.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian, fungsi dan jenis-jenis transudat eksudat.
2. Mengetahui perbedaan transudat eksudat.
3. Mengetahui jenis pemeriksaan transudat dan eksudat.
BAB II
ISI
1. A. Transudat dan Eksudat
Cairan pleura adalah cairan dalam rongga pleura dalam paru – paru. Fungsiya sebagai
pelumas. Normalnya cairan pleura sangat sedikit jumlahnya hampir tidak bisa diukur
volumenya. Karena kondisi patologis, caiaran jumlahnya meningkat sehingga dapat dianalisa
dan akan berupa transudat atau eksudat (Regina, 2011).
1. Transudat
1. Pengertian
Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat karena gangguan
keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang, misalnya karena gangguan
sirkulasi. Transudat mengandung sedikit protein, berat jenisnya rendah dan tidak membeku.
Transudat misalnya terjadi pada penderita penyakit jantung, penderita payah jantung,
menyebabkan tekanan dalam pembuluh dapat meninggi sehingga cairan keluar dari pembuluh
dan masuk ke dalam jaringan (Regina, 2011).
2) Hidroperikardium
3) Hidroperitoneum
4) Hidroarrosis
2) Sindroma nefrotik
3) Cirrhosis hepatis
2) Kejernihahan : jernih
3) Berat jenis <1,018 (1,006 ² 1,015)
4) Tak ada bekuan, atau membeku lambat / dalam jangka waktu lama
7) Glukosa = plasma
1. Eksudat
1. Pengertian
Eksudat adalah cairan patologis dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke dalam jaringan
pada waktu radang. Bila radang terjadi pada pleura, maka cairan radang juga dapat mengisi
jaringan sehingga terjadi gelembung, misalnya terjadi pada kebakaran. Cairan yang terjadi
akibat radang mengandung banyak protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi daripada
plasma normal. Begitu pula cairan radang ini dapat membeku karena mengandung fibrinogen
(Regina, 2011).
a) Eksudat serosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang terlarut
dengan sangat sedikit leukosit. Eksudat serosa pada dasarnya terdiri dari protein yang bocor
dari pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan
cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan luka
melepuh.
b) Eksudat fibrinosa
Eksudat fibrinosa terbentuk jika protein yang dikeluarkan dari pembuluh terkumpul pada
daerah peradangan yang mengandung banyak fibrinogen. Contoh pada penderita pleuritis
akan merasa sakit sewaktu bernafas, karena terjadi pergesekan sewaktu mengambil nafas.
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat sel-sel yang
dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena eksudat ini
merupakan sekresi sel bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah. Contoh eksudat musin
yang paling dikenal dan sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi pemafasan
bagian atas.
Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama terdiri dari
neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak. Eksudat neutrofil semacam ini
disebut purulen. Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi bakteri.
3) Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini dinamakan sesuai
dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrino-purulen yang terdiri dari fibrin dan
neutrofil polimorfonuklear, eksudat mukopurulen, yang terdiri dari musin dan neutrofil,
eksudat serofibrinosa dan sebagainya.
2) Fibrinous
3) Haemorrhagis
4) Purulent
5) Berbentuk kombinasi
1. Ciri-ciri eksudat spesifik (Regina, 2011):
1) Warna (purulen = putih-kunig, hemoragis = merah, dsb)
2) Kejernihan keruh
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan kesetimbangan cairan
badan (tekanan osmosis koloid, stasis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan
endotel, dsb.), sedangkan eksudat bertalian dengan salah satu proses peradangan
(Anggraheni, 2011).
Eksudat terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas dinding
kapiler pembuluh darah. Eksudat terbentuk apabila lapisan kapiler atau membrane rusak oleh
proses peradangan atau neoplastik. Akibatnya protein berukuran besar dan konstituen darah
lainnya bocor keluar untuk masuk ke jaringan dan rongga tubuh. Pada peradangan aktif,
kandungan protein pada cairan ini meningkat. Sedangkan Transudat eksudat dapat terjadi
pada (Anggraheni, 2011):
1. Sindroma nefrotik
2. Sirosis hepatic
3. Gagal jantung
TRANSUDAT EKSUDAT
Kadar glukosa sama dengan plasma darah Kadar glukosa lebih kecil dari plasma darah
BAB III
METODE KERJA
1. A. Tujuan Pemeriksaan
2. Pemeriksaan Makroskopis
1. Volume
Mengetahui volume sampel
1. Warna
Mengetahui warna sampel
1. Kekeruhan
Mengetahui tingkat kekeruhan sampel
1. Bau
Mengetahui bau khas sampel
1. Berat jenis
Mengetahui berat jenis sampel
1. Bekuan
Mengetahui jenis bekuan pada sampel
1. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Hitung Jumlah Sel Leukosit
Menghitung jumlah sel lekosit dalam cairan dan mengetahui bahwa sampel cairan tubuh
tersebut transudat atau eksudat
1. Pemeriksaan Bakteriologi
Mengetahui adanya kuman–kuman dalam sampel sehingga dapat menentukan jenis cairan
tersebut apakah transudat atau eksudat.
1. Pemeriksaan Kimia
1. Protein kualitatif (Rivalta test)
Membedakan transudat dan eksudat
B. Prinsip Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Makroskopis
1. Volume
Volume transudat dan eksudat diukur dengan gelas ukur dan hasilnya dibaca setinggi
miniskus bawah.
1. Warna
Warna cairan diamati pada ketebalan cairan 7 – 10 cm secara visual dengan cahaya terang.
1. Kekeruhan
Kekeruhan cairan diamati pada ketebalan 7 – 10 cm secara visual dengan cahaya tembus.
1. Bau
Bau dapat dirasakan dengan indera penciuman
1. Berat Jenis
Berat jenis cairan dilihat pada tangkai urinometer setinggi miniskus bawah
1. Bekuan
Sifat-sifat bekuan dapat diamati dengan mata biasa
1. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Hitung Jumlah Sel leukosit
Jumlah sel lekosit dihitung berdasarkan pengenceran dalam larutan pengencer dan jumlah sel
dalam cairan dalam kamar hitung.
1. Pemeriksaan Bakteriologi
Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu dari carbol gentian violet dan akan diperkuat
oleh lugol sehingga pada saat pelunturan dengan alkohol 96 % warna ungu tidak akan luntur,
sedangkan gram (-) akan Luntur oleh alkohol dan mengambil warna merah dari fuksin.
1. Pemeriksaan Kimia
1. Protein kualitatif (Rivalta test)
Adanya seromucin yang terdapat dalam eksudat akan bereaksi dengan asam asetat glasial
menimbulkan kekeruhan yang dinilai secara kualitatif.
1. Protein kuantitatif (Esbach)
Protein cairan dapat ditetapkan berdasarkan jumlah protein yang ditetapkan oleh pereaksi
tsuchiya dengan menggunakan albunirometer.
C. Alat
1. Pemeriksaan Makroskopis
1. Volume
1) Gelas ukur
2) Beaker glass
3) Corong
1. Warna
1) Tabung reaksi
2) corong
1. Bau
Beaker glass
1. Kekeruhan
1) Tabung reaksi
2) Corong
1. Berat Jenis
1) Beaker glass
2) Gelas ukur
3) urinometer
1. Bekuan
1) Beaker glass
2) Batang pengaduk
3) Pipet tetes
1. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Hitung Jumlah Sel Leukosit
1) Mikroskop
3) Pipet Lekosit
4) Kaca Penutup
2) Pipet tetes
3) Pipet ukur
4) Gelas ukur
5) Rak pewarnaan
6) Mikroskop
1. Pemeriksaan Bakteriologi
1. Objek Glass
2. Pipet tetes
3. Bak dan rak pewarnaan
4. Mikroskop
5. Pemeriksaan Kimia
1. Protein kualitatif (Rivalta test)
1) Beaker glass
2) Pipet tetes
3) Timer
D. Bahan
1. Pemeriksaan Makroskopis
1. Volume
Cairan transudat eksudat.
1. Warna
Cairan transudat eksudat.
1. Bau
Cairan transudat eksudat.
1. Kekeruhan
Cairan transudat eksudat.
1. Berat Jenis
Cairan transudat eksudat.
1. Bekuan
Cairan transudat eksudat.
1. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Hitung Jumlah Sel Leukosit
Cairan transudat eksudat.
1. Pemeriksaan Bakteriologi
Cairan transudat eksudat.
1. Pemeriksaan Kimia
1. Protein kualitatif (Rivalta test)
Cairan transudat eksudat.
1. Protein kuantitatif (Esbach)
Cairan transudat eksudat.
1. E. Reagen
2. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Hitung Jumlah Sel Leukosit
1) Larutan pengencer NaCl 0,9%
Komposisi : 1 gr giemsa
2) Wright
60 ml Methanol absolute
KH2PO4 6,63 gr
Na2HPO4 3,2 gr
1. Pemeriksaan Bakteriologi
Cat Gram
Lugol 1 %
Alkohol 96 %
Karbol Fuchsin 1 %
1. Pemeriksaan Kimiawi
2. Protein kualitatif (Rivalta test)
Asam asetat
1. F. Cara Kerja
2. Pemeriksaan Makroskopis
1. Volume
1) Masukkan caian dalam beacker glass.
3) Lihat volume cairan yang ada pada gelas ukur pada miniskus bawah.
1. Warna
1) Masukkan cairan kedalam tabung reaksi sampai ¾ penuh.
1. Bau
1) Masukkan cairan kedalam beacker glass.
1. Kekeruhan
1) Masukkan cairan ke dalam tabung reaksi sampai ¾ penuh.
1. Berat Jenis
1) Masukkan cairan ke dalam becker glass.
2) Tuang cairan ke dalam gelas ukur 40-50ml.
4) Bacalah berat jenis cairan pada skala urinometer setinggi miniskus bawah.
1. Bekuan
1) Masukkan sampel kedalam beaker glass.
Jika cairan bisa dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (-).
Jika cairan sulit dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (+).
1. Pemeriksaan mikroskopis
1. Hitung Jumlah Sel Leukosit
1) Sampel didapat dengan mengadakan pungsi dan campur dengan antikoagulan.
6) Buang beberapa tetes larutan pertama, kemudian tetesan selanjutnya dimasukkan kedalam
kamar hitung. Biarkan mengendap 2-3 menit. Dan hitung didalam kamar hitung di bawah
mikroskop. Dengan pembesaran sedang (10 X 45), sebanyak 4 kotak besar.
b) Cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes serum penderita
sendiri. lalu dibuat hapusan.
c) Kalau cairan keruh sekali atau purulent, dibuat sediaan apus langsung memakai bahan itu.
Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk membuat sediaan tipis.
3) Digenangi dengan zat warna Giemsa atau Wright selama 15 menit, buang sisa zat warna
dan cuci dengan aquades, keringkan diudara.
4) Dihitung jenis sel atas 100-300 sel, di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 X.
1. Pemeriksaan Bakteriologi
1. Setetes sampel yang telah disentrifuge dibuat hapusan diatas objek glass, dan
dikeringkan.
2. Diwarnai dengan karbol gentian violet selama 3 menit, dicuci.
3.Ditetesi lugol selama 1 menit, dicuci.
4.Ditetesi alkohol 96 %selama 30 detik, dicuci.
5.Ditetesi fuchsin selama 2 menit, dicuci dan dikeringkan
6. Diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 100x.
7.Pemeriksaan Kimiawi
1. Protein kualitatif (Rivalta test)
1) Kedalam beaker glass 100 ml dimasukkan 100 ml aquadest.
3) Jatuhkan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran ini, dilepaskan kira-kira 1 cm
dari atas permukaan.
4) Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang mengandung asam
asetat. ada tiga kemungkinan:
4) Kemudian lakukan penetapan cara Esbach seperti pada pemeriksaan protein rutin, sebagai
berikut:
G. Interpretasi Hasil
1. Pemeriksaan Makroskopis
1. Warna
Transudat : kuning muda
Hijau = bilirubin
Merah = darah
Putih kekuningan = pus
1. Bau
Transudat : tidak khas
1. Kekeruhan
Transudat : jernih
1. Berat Jenis
Transudat : 1006- 1015
1. Bekuan
Transudat : (-) tidak terjadi bekuan
1. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Hitung Jumlah Sel Leukosit
Transudat < 500 sel/ul
1. Pemeriksaan Bakteriologi
Transudat : Tidak ditemukan bakteri
1. Pemeriksaan Kimiawi
1. Protein kualitatif (Rivalta test)
Transudat : (+) lemah
Eksudat : 4 g/dl
BAB IV
PEMBAHASAN
1. A. Kekeruhan
Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan eksudat biasanya ada kekeruhan. Jika mungkin,
kekeruhan yang menunjuk kepada sifat eksudat itu dijelaskan lebih lanjut sebagai
umpamanya serofibrineus, seropurulent, serosanguineus, hemoragik, fibrineus, dll (Willy,
2012).
1. Serous
2. Seropurulen
3. Serosanguinis
4. Putrid
5. Purulent
6. Serofibrinous
B. Positif
Hasil positif didapatkan pada cairan yang bersifat eksudat, dan transudat biasanya
menjadikan test ini memberikan hasil positif lemah.
C. Positif Palsu
Hasil positif palsu (false positif) dapat terjadi bila sampel sifatnya terlalu basa atau encer.
D. Negatif
Hasil test negative diperoleh jika pemeriksaan yang dilakukan menggunakan cairan rongga
badan yang normal, yaitu bukan transudat dan eksudat.
BAB V
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
2. Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat karena
gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang.
3. Eksudat adalah cairan patologis dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke dalam
jaringan pada waktu radang.
4. Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap adanya
gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta adanya
inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat).
5. Eksudat terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas
dinding kapiler pembuluh darah. Sedangkan Transudat eksudat dapat terjadi pada
sindroma nefrotik, sirosis hepatic dan gagal jantung.
6. Untuk membantu diagnosa dan membedakan apakah itu transudat atau eksudat maka
dilakukan pemeriksaan diantaranya pemeriksaaan makroskopis, mikroskopis,
bakteriologi dan pemeriksaan kimiawi.
B. Saran
1. Sampel yang digunakan harus segera diperiksa
2. Pemeriksaan mikroskopis (hitung jenis leukosit) harus menggunakan larutan cat yang
baru agar leukosit terlihat jelas, perhatikan juga pembuatan preparat supaya hasil
dapat optimal dan kesalahan dapat dikurangi.
3. Pada pemeriksaan metode rivalta, pengamatan tetesan harus jeli dan teliti agar tidak
terjadi kesalahan.
4. Sebaiknya saat meneteskan sampel menggunakan dropple pipet supaya banyak
tetesannya karena diameter dropple pipet sama satu dengan yang lainnya