Anda di halaman 1dari 3

SILANG BUDAYA

Selain kultur Cina, Nusantara juga banyak menyerap budaya dari India. Dua negara itu memang
berada dalam daftar peradaban tertua di dunia. Kebudayaan India diperkirakan sudah ada sejak
4.500 tahun lalu. Menurut Organisasi All World Gayati Pariwar, kebudayaan India adalah yang
pertama dan superior di dunia. India memberikan amat banyak pengaruh bagi kultur Indonesia
sekarang, terutama dalam hal makanan. J. Gonda dalam “The Indian Religions in Pre-Islamic
Indonesia and Their Survival in Bali”, menyebut bahwa pengaruh India sudah tampak di
Nusantara sejak abad pertama. Pada masa penyebaran Islam, banyak pendatang dari Gujarat
datang ke Nusantara. Ini juga berpengaruh terhadap kultur gastronomi. Makanan Sumatera,
misalnya, sangat dipengaruhi kultur India. Pengaruh ini bisa dilacak sejak 800 Masehi.
Dalam Etnis Cina Perantauan di Aceh (2009), disebutkan bahwa pengaruh India datang dari para
pendakwah Islam dari Gujarat. Saat itu kapal dari Gujarat juga membawa pendakwah dari Arab
dan Persia. Mereka membawa rempah dari tanah mereka, dan dikenalkan ke penduduk
Nusantara. Jadi, selain membeli rempah seperti cengkeh dan lada dari Nusantara, mereka juga
membawa dan menjual rempah dari tanah India dan Timur Tengah. Contoh dari pengaruh
budaya India pada makanan khas Sumatera Barat dapat kita lihat dari hidangan Rendang.
Menurut penelitian sejarawan, Gusti Asnan, kelahiran rendang tak luput dari pengaruh bumbu-
bumbu dari India yang diperoleh melalui para pedagang Gujarat, India yang mulai singgah ke
Sumatera pada abad ke-13 hingga 14. Sebuah catatan sejarah yang ditulis oleh seorang pengelana
Portugis, Tom Pires, turut menguatkan bukti bahwa masakan rendang pada masa ini tak lepas
dari pengaruh India. Menurutnya, pada awal abad ke-16 sudah ada kapal Gujarat yang berlabuh
di pantai Sumatera Barat. Mereka mendarat kemudian berdagang di Pulau Tiku (sekarang
Kabupaten Agam) dan pelabuhan Pariaman. Gusti Anan berpendapat bahwa jika awal abad ke-
16 saja bangsa India sudah tercatat berdagang di Sumatera, maka otomatis jauh sebelum itu,
mereka pun telah ada. Salah satu pengaruh India yang melebur dalam masakan rendang adalah
pemakaian santan. Menurut seorang pakar kuliner nusantara, Wiliam Wongso, pemakaian santan
ini berasal dari India Selatan dikarenakan India Utara tidak memakai santan sebagai bahan
pengental, mereka memakai yoghurt. India Selatan memakai santan. Hal ini berarti, pengaruh
santan yang masuk ke dalam masakan rendang adalah dari India Selatan
BUMBU
Indonesia terdiri atas berbagai macam suku dan budaya. Kekayaan jenis masakannya merupakan
cerminan dari beragamnya budaya dan tradisi nusantara. Masing-masing daerah memiliki ciri
khas tersendiri termasuk dalam hal makanan. Menurut Suparni & Wulandari (2012, hal. 6-7)
Bumbu adalah bahan yang berasal dari alam, tumbuh-tumbuhan, atau sumber hewani yang
berguna untuk memberikan rasa khas pada masakan dan digunakan dalam keadaan kering atau
segar. Sedangkan rempah-rempah adalah bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan, berfungsi
untuk memberikan aroma dan cita rasa khusus pada masakan. Biasanya rempah-rempah
digunakan dalam keadaan kering. Fungsi dari bumbu dan rempah adalah:
1. Memberi rasa pada makanan
2. Memberi warna pada makanan
3. Meningkatkan rasa dan aroma
4. Membantu pencernaan makanan
Berdasarkan asalnya bumbu dan rempah dapat dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu :
1. Bumbu yang berasal dari buah dan biji. Misalnya kemiri, cabe, peprika, belimbing,
wuluh, kapulaga, lada, dan lain-lain
2. Bumbu yang berasal dari bunga, misalnya cengkeh, caper, saffron, dan lain-lain
3. Bumbu yang berasal dari daun, misalnya daun salam, daun jeruk purut, dan lain-lain.
4. Bumbu yang berasal dari akar, misalnya kunyit, jahe, kencur, lengkuas, dan lain-lain.
5. Bumbu yang berasal dari umbi lapis, misalnyabawang merah, bawang putih, bawang
bombay, daun bawang prei, dan lain-lain.
Masakan padang memiliki rasa yang kuat dan khas hasil dari racikan rempah-rempah alami.
Bumbu masakan padang lebih kuat dibandingkan masakan-masakan lainnya. Masakan padang
atau masakan minang memiliki rasa yang enak dan gurih, gurihnya terdapat pada ramuan santan
yang kental, rempah-rempah dan sambal. Masakan padang memiliki rasa yang cenderung asin,
berlemak, berminyak dan berbumbu. Masakan Sumatera Barat terkenal memiliki karakter
bersantan yang dikombinasi dengan cabai merah dan kunyit. Bumbu-bumbu pada santan
seperti jahe, kunyit, lengkuas, bawang merah, bawang putih, cabe, serai, daun salam, daun limau
dan daun-daun lainnya berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menetralisir lemak jenuh yang
terdapat pada santan dan daging hewan.
Wilayah Sumatera Barat yang banyak berada di dataran tinggi membuat cabai berjasa sebagai
penghangat tubuh melalui masakan. Meski begitu, cita rasa pedasnya tak mengalahkan pedasnya
dapur Sulawesi Utara, Gorontalo ataupun Jawa Timur yang banyak menggunakan cabai rawit
dalam masakannya. Dapur Minang banyak menggunakan cabai merah besar, cabai merah
keriting, dan cabai hijau yang tingkat pedasnya masih di bawah cabai rawit. Rasa dari masakan
Sumatera Barat didominasi dengan pedas dan gurih, dengan rempah-rempah yang sering
digunakan ialah jahe, lengkuas dan daun jeruk purut. Biasanya masakan Padang dimasak
dengan cara direbus, dipanggang serta digoreng dengan menggunakan bumbu dasar merah
dan kuning. Bumbu yang berasal dari rempah-rempah ini dapat meningkatkan cita rasa,
warna, dan aroma dari masakan. Keberadaan rempah ini merupakan jejak dari pedagang Arab
dan India di masa lampau yang singgah di kawasan Sumatera Barat.

BAHAN UTAMA
Masakan Sumatera Barat dikenal banyak menggunakan santan dan daging, memiliki rasa pedas
dari penggunaaan bumbu dan rempah-rempah. Masakan Minangkabau merupakan masakan yang
kaya akan variasi bumbu. Bahan utama masakan Minang antara lain daging sapi, daging
kambing, ayam, ikan, dan belut. Orang Minangkabau hanya menyajikan makanan makanan yang
halal, sehingga mereka menghindari alkohol dan lemak babi. Selain itu masakan Minangkabau
juga tidak menggunakan bahan-bahan kimia untuk pewarna, pengawet, dan penyedap rasa.
Teknik memasaknya yang agak rumit serta memerlukan waktu cukup lama, menjadikannya
sebagai makanan yang nikmat dan tahan lama. Selain itu bahan utama lainnya yang seringkali
ditemukan dalam setiap masakan Sumatera Barat adalah:
 Cabai
Saking berharganya cabai dalam masakan Minang, pemilihan dan pengolahannya
menjadi sangat penting. Hampir semua masakan Padang menggunakan cabai dalam
proses memasaknya. Misalnya saja rendang, asam padeh, dendeng batokok, dan masih
banyak lagi. Meski begitu, masyarakat suku Minang nampaknya tetap ingin
mempertahankan proses pengolahan cabai secara tradisional, yakni dengan cara diulek.
Pentingnya cabai ulek di dapur Minang terbukti dengan adanya para ibu rumah tangga
yang bekerja sebagai pengulek cabai di pasar-pasar tradisional di Sumatera Barat.
Sampai-sampai mereka sudah terbiasa mengulek cabai dari utuh hingga halus hanya
dalam waktu 10-15 menit dan itu untuk menggiling satu kilogram cabai.
 Santan
Penggunaan santan yang banyak dan pekat hampir ditemui di semua menu masakan
Padang, seperti rendang, gulai, asam padeh, dan kalio. Begitupun pada berbagai hidangan
manisnya seperti bubur kampium, dadiah, atau bika. Santan inilah yang menyumbang
rasa masakan jadi lebih gurih, medok, berlemak, dan tentunya lebih sedap.

REFERENSI
Sani, M. R., Alia, M. N., & Riyadi, D. (2016). SATE PADANG SUMATERA BARAT SEBAGAI
GASTRONOMI UNGGULAN DI INDONESIA.

Rahmi, N. A., Rahfiludin, M. Z., & Pangestuti, D. R. (2017). Hubungan Kebiasaan Konsumsi Masakan
Padang dengan Kadar Kolesterol (Studi pada Paguyuban Ikatan Mahasiswa Minang Angkatan 2015 di
Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(4), 729-736.

Fajarsari, D. D. (2017). Nilai Pendidikan dalam Kuliner Rendang. Buletin Al-Turas, 23(2), 337-347.

Darmayanti, N., Hanifah, H., Afrizan, R., Saputra, Ramadhanty, G. S. (2017) METAHUMANIORA, Vol.
7, Nomor 1 April: 119—127

Anda mungkin juga menyukai