Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

"GESTASIONAL TROPHOBLASTIC NEOPLASIA”


(GTN)

NAMA KELOMPOK :
GUSTRI PUTRI DIRGAHAYU
UMMI KALSUM
YUNDI PERMATASARI
DESI ROSPITA
RESTU SRIWAHYUNI

STASE KDPK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas rahmat dan karunia-Nya kita berada dalam keadaan sehat walafiat dan

mendapat kesempatan untuk menyusun laporan kasus (lk) yang berjudul

tentang "Gestasional Trophoblastic Neoplasia (GTN)”.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing

dan terima kasih banyak kami ucapkan kepada CI lahan di ruangan rawat

inap tulip selama di RSUD Arifin Ahmad telah memberikan arahan dan

bimbingan selama dinas, sehingga tugas laporan pendahuluan ini dapat

terselesaikan, ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman –

teman yang selalu memberikan motivasi dan dorongan dalam pembuatan

laporan pendahuluan ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa laporan ini memiliki berbagai

kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran kiranya dapat disampaikan

kepada penulis guna penyempurnaan masalah berikutnya. Semoga laporan

kasus ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan

bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi seluruh mahasiswa

kesehatan.

Pekan baru, Rabu 18 januari 2023

Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5
1. Tujuan Umum.................................................................... 5
2. Tujuan Khusus................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5
1. Manfaat Teoris................................................................... 5
2. Manfaat Praktis.................................................................. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A.Etiologi........................................................................................... 7
B. Epidemilogi .................................................................................. 7
C. Patopisiologi .................................................................................. 8
D. Histopatologi ................................................................................ 10
E. Diagnosis ....................................................................................... 11
F. Terapi ............................................................................................. 12
G.Stadium .......................................................................................... 13
H.Resiko Penyakit.............................................................................. 14
I. Komplikasi .................................................................................... 15
J. Pencegahan .................................................................................... 16
K.Pengobatan .................................................................................... 17

BAB III. TINJAUAN KASUS


A. Biodata Pasien ............................................................................. 20
ii
B. Anamnesis ................................................................................... 21
C. Riwayat penyakit ......................................................................... 21
D. Pemeriksaan umum ...................................................................... 22
E. Pemeriksaan fisik ......................................................................... 22
F. Pemeriksaan penunjang ............................................................... 23
G. Asuhan Kebidanan ....................................................................... 23

BAB IV. PEMBAHASAN

A. Pembahasan............................................................................. 25

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................... 27
B. Saran ........................................................................................ 27

Daftar Pustaka................................................................................................ 28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit trofoblas gestasional (GTD) melibatkan entitas

jinak dan ganas yang meliputi mola hidatidosa (lengkap dan

parsial), koriokarsinoma, mola invasif, tumor trofoblas epithelioid

(ETT) dan tumor trofoblas situs plasenta (PSTT). Empat yang

terakhir dikenal sebagai gestasional trophoblastic neoplasia (GTN),

semuanya dapat bermetastasis dan dapat berakibat fatal jika tidak

diobati. Kegiatan ini meninjau etiologi, patofisiologi, evaluasi,

manajemen, dan komplikasi GTN dalam pengaturan klinis,

menekankan poin-poin penting yang dibutuhkan oleh anggota tim

interprofessional yang mengelola perawatan pasien dengan GTN

dan kondisi serta gejala sisa yang terkait (Prawirohardjo, 2018).

Penyakit trofoblas gestasional merupakan suatu kelainan

berupa proliferasi sel trofoblas yang abnormal selama kehamilan

yang melipui mola hidatidosa komplit maupun parsial, mola

invasif, koriokarsinoma dan placental site trophoblastic tumor.

Sekitar 10 % kasus penyakit trofoblas gestational berkembang

menjadi proses keganasan (penyakit trofoblas ganas) yang

memerlukan tatalaksana lebih lanjut. Penyakit Trofoblas Ganas

(PTG) meliputi mola invasif, koriokarsinoma dan placental site

1
trophoblastic tumor.1,2 Penyakit trofoblas ganas (PTG) adalah

suatu tumor ganas yang berasal dari sito dan sinsiotrofobals yang

menginvasi miometrium, merusak jaringan disekitarnya dan

pembuluh darah sehingga menyebabkan perdarahan PTG dapat

didahului oleh proses fertilisasi (molahidatidosa, kehamilan biasa

abortus, dan kehamilan ektopik) bahkan dapat merupakan produk

langsung dari hasil konsepsi atau yang bukan didahului oleh suatu

kehamilan.

PTG yang didahului proses pembuahan sel telur

digolongkan sebagai “khoriokarsinoma dengan kehamilan”

(gestational choriocarcinoma) sedangkan yang tidak didahului

pembuahan sel telur dikenal sebagai koriokarsinoma tanpa

kehamilan (non gestational choriocarcinoma) yakni yang berasal

dari tumor sel germinal pada ovarium Penyakit trofoblas

gestasional (GTD) oleh Hippocrates sekitar 400 SM. Marchand

menemukan hubungan penyakit ini dengan kehamilan pada tahun

1895. Jaringan trofoblas yang sehat menembus endometrium, yang

menciptakan pembuluh darah rahim yang kaya, yang menyebabkan

hubungan erat antara janin dan ibu, yang disebut plasenta. Invasi

merupakan karakteristik jaringan ganas, dan untungnya, perilaku

ganas dari trofoblas sehat dapat dikendalikan dengan baik. Namun

demikian, pada penyakit trofoblas gestasional, mekanisme

pengaturan menjadi tidak berfungsi, menghasilkan tumor yang

2
sangat invasif, vaskular, dan metastatik. Gestasional Trophoblastic

Neoplasia melibatkan entitas ganas yang meliputi koriokarsinoma,

mola invasif, tumor trofoblas epithelioid (ETT), dan tumor

trofoblas situs plasenta (PSTT). Semuanya dapat bermetastasis dan

dapat berakibat fatal jika tidak diobati. (Martadisoebrata, 2019).

Penyakit GTN merupakan penyakit yang mengenai sel-sel

trofoblas. Sel trofoblas banyak ditemukan pada wanita hamil, sel

trofoblas juga dapat ditemukan diluar kehamilan berupa teratoma

dari ovarium, karena itu penyakit trofoblas dalam kehamilan

disebut Gestational Trophoblastic Neoplasia. Penyakit trofoblas,

pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Pada penyakit

trofoblas dikenal dengan nama mola hidatidosa atau hamil anggur

(Prawirohardjo, 2018).

Gestasional Trophoblastic Neoplasia (GTN) merupakan

suatu bentuk keganasan ginekologi pada hidatidosa yang

diakibatkan oleh adanya abnormalitas proliferasi sel trofoblas.

Adapun, beberapa faktor risiko yang memengaruhi perkembangan

GTN, diantaranya sosiodemografi, riwayat kehamilan sebelumnya,

dan proses invasi trofoblas (Martasdisoebrata, 2019).

Beberapa riwayat kehamilan berpengaruh terhadap

pembentukan GTN, diantaranya multiparitas, abortus, dan

kehamilan mola. Pada wanita usia produktif, kontrasepsi dapat

menjadi salah satu faktor risiko terbentuknya dan berkembangnya

3
GTN, namun penelitian ini masih terbatas. Pekerjaan suami dapat

menjadi salah satu faktor risiko perkembangan GTN pada

pasangannya. Tumor trofoblas gestasional ditandai dengan satu

atau lebih tanda gejala: (1) perdarahan vagina yang tidak teratur,

(2) kista teka lutein, (3) subinvolusi uterus atau pembesaran uterus

yang asimetris, dan/atau (4) peningkatan kadar b-hCG yang

persisten (Martasdisoebrata, 2019).

Penilaian klinis dan pemeriksaan penunjang dilakukan

untuk mengklasifikasikan pasien GTN berdasarkan kondisi, lokasi,

persebaran tumor serta berdasarkan risiko penyakit. Berdasarkan

status risiko (mengacu pada International Federation of

Gynaecology and Obstetrics/FIGO), pasien GTN dibagi dalam dua

kelompok risiko, yaitu rendah jika <7 dan tinggi jika ≥7. Adapun

indikator yang digunakan dalam pengelompokkan pasien GTN

adalah: usia, kehamilan sebelumnya,interval bulan dari indeks

kehamilan, serum b-hCG sebelum terapi, ukuran tumor, lokasi dan

jumlah metastasis, dan riwayat kegagalan kemoterapi sebelumnya

(Martasdisoebrata, 2019).

Pengelompokkan FIGO tersebut utamanya digunakan

dalam menentukan terapi yang sekiranya adekuat untuk perbaikan

kondisi dan prognosis dari pasien. Dalam kemoterapi, agen

kemoterapi tunggal umumnya tidak adekuat diberikan dalam terapi

pasien TTG risiko tinggi.8,9 Kekambuhan GTN dapat terjadi juga

4
pada pengobatan kasus risiko tinggi yang membutuhkan

kemoterapi kombinasi dan berpeluang menjadi kemoresisten.

Terapi utama pilihan pada pasien GTN adalah kemoterapi dan/atau

operasi/pembedahan yang dipertimbangkan berdasarkan tujuan

kesembuhan dan mempertahankan fungsi reproduksi. Kemoterapi

dipilih sebagai terapi utama dan pertama pada kasus GTN secara

umum karena memiliki respon baik dan tidak menghilangkan

fungsi reproduksi pada wanita (Martasdisoebrata, 2019).

Dirumah Sakit Arifin Ahmad tahun 2021 pasien dengan

diagnosa GTN terdapat 48 orang Pasien yang memiliki riwayat

molahidatidosa. Pada tahun 2022 mengalami penurunan dengan

pasien sebanyak 13 orang. Pada tahun 2023 dibulan januari pasien

yang mengalami GTN sebanyak 7 orang,salah satu diantaranya

pasien ini mengalami GTN stadium IVb metastase yang sudah

menyebar kesaraf otak sehingga pasien mengalami penglihatannya

kabur dan sering merasa sakit kepala dan termasuk GTN entitas

ganas yang meliputi kariokarsinoma+mola invasif dengan kadar

BHCG 237.000(10’/3).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menyusun

bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ny. S umur 34

tahun dengan diagnosa Gestasional Trophoblastic Neoplasia ?

5
C. Tujuan Laporan Kasus

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan dengan mengenai

GTN dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada ibu dengan diagnosa GTN

b. Menentukan diagnosis kebidanan

c. Menentukan masalah dan kebutuhan

d. Melakukan Asuhan Kebidanan

D. Manfaat Laporan Pendahuluan

1. Bagi pasien keluarga dan masyarakat, Untuk memberikan

informasi tentang pentingnya kesehatan tentang reproduksi

wanita

2. Bagi Institusi Pendidikan Untuk menambah sumber

informasi dan bahan bacaan mahasiswi di universitas pahlawan

tuanku tambusai.

3. Bagi penulis Untuk menambah pengetahuan dan

pengalaman penulis dalam menerapkan asuhan kebidanan pada

ibu dengan diagnosa Gestasional Trophblastic Neoplasia

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi
Penyakit GTN merupakan penyakit yang mengenai sel-sel
trofoblas. Sel trofoblas banyak ditemukan pada wanita hamil, sel
trofoblas juga dapat ditemukan diluar kehamilan berupa teratoma
dari ovarium, karena itu penyakit trofoblas dalam kehamilan disebut
Gestational Trophoblastic Neoplasia. Penyakit trofoblas, pada
hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Pada penyakit trofoblas
dikenal dengan nama mola hidatidosa atau hamil anggur
B. Etiologi

Sel-sel trofoblas adalah sel pertama yang berdiferensiasi

dari ovum yang telah dibuahi, mereka menyediakan nutrisi bagi

embrio dan akhirnya membentuk bagian janin dari plasenta.

Trofoblas plasenta terbuat dari sitotrofoblas, sinsitiotrofoblas, dan

trofoblas perantara. Trofoblas plasenta adalah asal dari kehamilan

mola dan neoplasia trofoblas gestasional. GTN merupakan

transformasi ganas sel trofoblas. Sementara sitotrofoblas dan

sinsitiotrofoblas membuat mola hidatidosa dan koriokarsinoma

serta PSTT bersama dengan ETT muncul dari trofoblas perantara

(Alyeyeh, 2020).

C. Epidemiologi

Insident sebenarnya dari GTN sulit dipastikan dengan pasti.

Data mengenai jumlah total kehamilan dan penyakit trofoblas

bervariasi dari satu daerah ke daerah lain. Setelah hamil anggur,


7
risiko tahi lalat lengkap dan sebagian meningkat menjadi 1 hingga

2%. Setelah dua kehamilan mola, risiko memiliki mola ketiga

adalah 15 sampai 20%. Prevalensi koriokarsinoma atau tumor

trofoblas plasenta karena penyakit ini dapat muncul setelah

kehamilan (Sugiono, 2015)

D. Patofisiologi

Semua jenis neoplasia trofoblas gestasional berasal dari

plasenta. Mola hidatidosa dan koriokarsinoma muncul dari

trofoblas vili, sedangkan tumor trofoblas situs plasenta muncul dari

trofoblas interstitial. Tahi lalat lengkap trimester pertama

menunjukkan struktur vili pemula yang menyimpang dengan

hiperplasia trofoblas, pembuluh darah vili kusut, dan puing

karyorrhectic stroma. Di sisi lain, tahi lalat parsial awal

menunjukkan hidrops vili yang tidak merata, vili tidak menentu

berbentuk tidak normal yang tersebar, hiperplasia trofoblas yang

tidak merata, dan inklusi semu trofoblas.

Diferensiasi morfologis keguguran non-molar dari mola

hidatidosa parsial dapat menjadi rumit, karena dismorfisme vili

dapat muncul tanpa karakteristik hiperplasia trofoblas yang terlihat

pada mola parsial. Selain itu, analisis ploidi yang ditunjukkan oleh

hibridisasi in-situ atau flow cytometry dapat membedakan diploid

dari konsepsi triploid tetapi tidak dapat membuat perbedaan antara

8
mola lengkap dan keguguran non-molar diploid, atau triploidi

molar dan non-molar, yang mengindikasikan kebutuhan molekuler.

investigasi.

Koriokarsinoma adalah tumor epitel pelepas HCG ganas

yang memiliki nekrosis sentral dan struktur bifasik yang khas.

Koriokarsinoma intraplasenta juga dapat terjadi dan kemungkinan

merupakan penyakit metastasis yang terjadi setelah kehamilan

aterm. Mayoritas koriokarsinoma neonatal muncul dari penyebaran

metastatik dari koriokarsinoma intraplasenta.

Tumor trofoblas situs plasenta adalah tumor ganas, dan

mereka membentuk lesi uterus dengan lebih sedikit perdarahan dan

nekrosis dan konsentrasi HCG lebih rendah daripada

koriokarsinoma. Laktogen plasenta manusia (hPL), biasanya

diekspresikan oleh sinsitiotrofoblas, sangat diekspresikan dalam

trofoblas tumor trofoblas situs plasenta.

Hamil anggur terkadang bisa terjadi bersamaan dengan

kehamilan normal. Diagnosis biasanya dilakukan melalui USG.

Meskipun risiko tinggi aborsi spontan, 40 sampai 60% kasus

mengakibatkan kelahiran hidup. Risiko neoplasma trofoblas

gestasional pada kehamilan mola yang hidup berdampingan dan

kehamilan normal dibandingkan dengan kehamilan mola tunggal

masing-masing meningkat dari 15 menjadi 20% menjadi 27 hingga

9
46%. Kehamilan dapat dilanjutkan jika tidak ada komplikasi, dan

ada temuan genetik dan USG yang normal.

E. Histopatologi

1. Mola Hidatidosa Lengkap

Molahidatidosa lengkap terjadi ketika sel telur yang tidak

mengandung informasi genetika dibuahi oleh sperma dan tidak

berkembang menjadi fetus, melainkan sekumpulan jaringan abnormal

yang disebut mola, yang lama-kelamaan dapat memenuhi rahim.

2. Mola Hidatidosa Parsial

Mola hidatidosa parsial yang juga disebut hamil anggur

parsial, terjadi karena satu sel telur dibuahi oleh dua sel sperma dan

masih ada jaringan plasenta normal dan janin yang terbentuk. Hanya

saja, janin tersebut biasanya tidak bisa bertumbuh dan mengalami

keguguran di awal-awal kehamilan.

3. Koriokarsinoma Gestasional

Koriokarsinoma adalah tumor langka yang termasuk dalam

kelompok penyakit yang terjadi pada kehamilan atau biasa disebut

dengan trofoblastik gestasional. Penyakit ini berasal dari rahim yang

dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Gejala yang muncul dari

penyakit ini bergantung pada titik tumor ini berada.

10
4. Penyakit Trofoblas Gestasional (PTG)

Penyakit trofoblas gestasional (PTG) adalah spektrum tumor yang

berasal dari proliferasi abnormal jaringan trofoblas plasenta,

mencakup mola hidatidosa (komplit dan parsial), mola invasif,

koriokarsinoma, placental site trophoblastic tumor, dan epithelioid

trophoblastic tumor. Keempat bentuk terakhir termasuk ke dalam

kelompok tumor trofoblas gestasional (TTG) yang dapat menginvasi,

bermetastasis, dan menyebabkan kematian bila tidak ditangani.

5. Tumor Trofoblas Epiteloid (ETT)

Tumor biasanya menciptakan nodul diskrit atau massa

hemoragik kistik, yang sangat menyerang jaringan di sekitarnya.

Perdarahan, nekrosis, ulserasi, dan fistula dapat terlihat juga. Secara

khas, ETT mengekspresikan pertumbuhan nodular, yang dapat

diperluas dari sel tumor berukuran sedang yang kira-kira seragam,

yang diatur dalam sarang, kabel, atau lembaran besar.

F. Diagnosis

Diagnosis banding akan sangat tergantung pada apakah

metastasis telah terjadi atau tidak dan jika telah terjadi kemudian

ke organ mana. Diagnosis banding neoplasma trofoblas gestasional

meliputi :

1. Aborsi tidak lengkap

2. Kehamilan ektopik

3. Kehamilan kornual
11
4. Kehamilan di tanduk yang belum sempurna

5. Kanker kandung kemih

6. Obstruksi bilier

7. HCG mengeluarkan tumor sel germinal.

Karena penggunaan ultrasonografi (US) atau USG

merupakan suatu metoda diagnostic dengan menggunakan

gelombang ultrasonic, untuk mempelajari struktur jaringan

berdasarkan gambaran echo dari gelombang ultrasonic yang

dipantulkan oleh jaringan. Dan melakukan pengujian kadar β-hCG

secara rutin, pada awal kehamilan, kadar hCG 5-20 mIU/mI masih

dianggap normal. Pasien dengan mola hidatidosa komplit

umumnya didiagnosis pada awal kehamilan. Mereka biasanya

asimtomatik pada saat diagnosis. Presentasi klinis umum termasuk

perdarahan vagina, yang biasanya terjadi pada usia kehamilan 6

sampai 16 minggu (46%), besar untuk ukuran uterus (24%), dan

hiperemesis (14%). Pasien dengan mola hidatidosa parsial biasanya

tidak terdiagnosis sebelum evakuasi uterus, dan pemeriksaan

histologis spesimen kuretase setelah abortus inkomplet atau aborsi

tidak lengkap diperlukan untuk diagnosis.

Seperti halnya mola hidatidosa komplit, sebagian besar

pasien dengan mola hidatidosa parsial (75%) mengeluhkan

perdarahan vagina; mereka umumnya muncul lebih lambat dari

pada mola hidatidosa komplit. Mola hidatidosa komplit biasanya

12
berhubungan dengan peningkatan kadar β-hCG. Hampir setengah

dari pasien dengan mola hidatidosa komplit memiliki kadar β-hCG

pra-evakuasi lebih tinggi dari 100.000 mIU/mL. Meskipun

demikian, peningkatan kadar β-hCG terjadi pada kurang dari 10%

pasien dengan mola hidatidosa parsial.

G. Terapi

USG adalah alat utama yang digunakan untuk neoplasma

trofoblas gestasional, dengan tidak adanya perkembangan janin dan

adanya kista ovarium teka lutein. Sayangnya, temuan ini tidak

terlihat pada trimester pertama.

Karena tingkat negatif palsu dan positif palsu tinggi dengan

penggunaan ultrasonografi, khususnya dalam kasus mola

hidatidosa parsial, pemeriksaan histologis diperlukan untuk

mencapai diagnosis akhir. Karena pemeriksaan histologis mungkin

tidak dapat dilakukan setelah setiap penghentian, pengujian tingkat

hCG 3-4 minggu setelah penatalaksanaan untuk memastikannya

kembali ke kisaran normal sangat dianjurkan.

GTN post-molar sering tidak menunjukkan gejala atau

temuan khas pada ultrasonografi. Oleh karena itu, berkorelasi

dengan tingkat hCG diperlukan untuk mencapai diagnosis. MRI

biasanya tidak penting dalam evaluasi rutin GTN, kecuali dalam

kasus dengan presentasi atipikal, kekambuhan, atau kondisi ETT\

PSTT.

13
H. Stadium

Ada tiga sistem yang diketahui untuk menentukan stadium

penyakit trofoblas gestasional, yaitu:

1. Skor indeks prognostik Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO). Pada kasus- kasus dengan stadium masih dini,

risiko rendah, dan masih memerlukan fungsi

reproduksi, koriokarsinoma ditangani dengan

pemberian kemoterapi tunggal dengan kesembuhan

mencapai 100%.9 Pemberian kemoterapi dilakukan

dengan interval 2 minggu sampai β-hCG mencapai

kadar normal, untuk selanjutnya diberikan dosis

tambahan sebanyak 1-3 seri (after course dose). Selama

pengobatan, penderita disarankan jangan hamil dulu

minimal selama 1 tahun

2. Sistem Klasifikasi Klinis oleh National Institutes of

Health (NIH),

3. Sistem pementasan FIGO,

Berbagai klasifikasi penyakit trofoblas ganas yang

sering dipakai dari FIGO berdasarkan stadium,

klasifikasi histopatologi, sedangkan untuk kepentingan

terapi klinis pada tahun 2002, FIGO dan WHO

menetapkan 2 sistem skoring, yaitu skoring PTG resiko

rendah dengan nilai skor < 6 terapinya kemoterapi agen

14
tunggal, dan skoring PTG Risiko tinggi > 7

membutuhkan kemoterapi kombinasi

Sistem klasifikasi klinis saat ini yang banyak digunakan di

Amerika Serikat terlihat, yang berasal dari analisis pasien dengan

neoplasia trofoblas gestasional metastatik yang dirawat di NIH.

Sistem ini memisahkan pasien dengan penyakit nonmetastatik dan

penyakit metastatik, karena semua pasien penyakit nonmetastatik

dapat disembuhkan dengan kemoterapi agen tunggal awal.

Di sisi lain, pasien penyakit metastatik dibagi lagi sesuai

dengan ada atau tidak adanya faktor yang terkait dengan respons

terhadap kemoterapi agen tunggal awal. Pasien tanpa faktor klinis

berisiko tinggi cenderung mendapat manfaat dari terapi agen tunggal

awal dan diberi label sebagai GTD metastatik dengan prognosis baik.

Sementara itu, pasien dengan satu faktor klinis berisiko tinggi diberi

label sebagai GTD dengan prognosis buruk. Pasien-pasien ini berisiko

tinggi mengalami kegagalan kemoterapi agen tunggal dan juga

kematian jika diobati dengan terapi agen tunggal diikuti dengan

rejimen multiagen.

Indeks prognostik WHO menawarkan informasi yang tepat

mengenai prognosis penyakit, namun, sistem klasifikasi klinis berhasil

mengidentifikasi pasien yang kemoterapi agen tunggal awalnya

mungkin gagal, serta mudah dan tidak rumit dibandingkan WHO.

15
I. Resiko penyakit

1. Penyakit Berisiko Rendah

Sebagian besar pasien (sekitar 95%) yang didiagnosis

dengan mola hidatidosa yang berkembang menjadi neoplasia

memiliki risiko resistensi yang rendah. Untuk sebagian besar

pasien ini, mono-kemoterapi dengan methotrexate atau

dactinomycin adalah pengobatan pilihan.Jika terapi lini

pertama gagal—biasanya karena resistensi—dapat dengan

mudah diganti dengan kemoterapi lini kedua atau terkadang lini

ketiga, membuat tingkat kelangsungan hidup secara

keseluruhan hampir 100%.

2. Penyakit Berisiko Tinggi

Sebagian besar pasien berisiko tinggi dengan neoplasia

trofoblas gestasional hadir dengan banyak metastasis berbulan-

bulan atau bertahun-tahun setelah kehamilan penyebab jenis

apa pun. Tanda dan gejala berbeda sesuai dengan lokasi

penyakit. Misalnya, pasien dengan metastasis otak dapat

mengalami sakit kepala, kejang, atau hemiparesis. Di sisi lain,

pasien dengan metastasis paru dapat mengalami sesak napas,

hemoptisis, atau nyeri dada pleuritik.

Karena ketidakteraturan menstruasi tidak universal,

sayangnya, diagnosisnya bisa terlewatkan. Studi pencitraan

yang disertakan harus CT tubuh, otak, dan MRI panggul

16
bersama dengan ultrasonografi Doppler. Jika pemindaian otak

normal, pungsi lumbal harus dilakukan untuk menilai rasio

cairan serebrospinal terhadap hCG serum.

J. Komplikasi

Komplikasi akhir kehamilan mola yang sering dilaporkan

meliputi anemia, preeklampsia, hipertiroidisme, gangguan pernapasan,

perdarahan vagina, dan hiperemesis, yang semuanya sekarang

dianggap langka. Komplikasi paru lebih jarang terjadi, namun lebih

mengancam jiwa. Mereka termasuk edema paru, emboli paru, efusi

pleura, dan embolisasi trofoblas.

K. Pencegahan

Semua pasien yang memiliki mola hidatidosa harus siap

untuk pengawasan dan pemantauan hCG. Protokol pengawasan

berbeda dari satu negara ke negara lain, tetapi prinsipnya sama. Di

Inggris Raya (UK), kadar hCG serum dan urin diukur setiap dua

minggu hingga nilainya mencapai kisaran normal, kemudian kadar

hCG urin diukur setiap bulan. Pasien yang mencapai nilai hCG

normal dalam waktu 56 hari setelah evakuasi uterus memiliki

risiko rendah terkena penyakit ganas dan dipantau lebih lanjut

selama enam bulan sejak tanggal evakuasi.

Jika pembacaan hCG pertama normal setelah 56 hari,

pemantauan setiap bulan harus dilanjutkan selama enam bulan

17
berikutnya. Selama masa tindak lanjut hCG, pasien disarankan

untuk menggunakan kontrasepsi yang andal, termasuk metode

kombinasi. Setelah menyelesaikan pemantauan hCG, konsentrasi

hCG serum atau urin harus diukur enam minggu dan sepuluh

minggu setelah setiap kehamilan untuk memastikan tidak ada

reaktivasi penyakit gigi molar sebelumnya.Tindak lanjut setelah

evakuasi mola hidatidosa sangat penting untuk mendeteksi gejala

sisa trofoblas (mol invasif atau koriokarsinoma), yang terjadi pada

hampir 15 sampai 20% dengan mol lengkap dan 1 sampai 5%

dengan mol parsial.

L. Pengobatan

Modalitas pengobatan yang berbeda tersedia untuk

neoplasma trofoblas gestasional tergantung pada jenis dan

stadiumnya; ini termasuk P&C (pelebaran dan kuretase),

kemoterapi, histerektomi, atau kombinasi dari hal-hal tersebut.

1. P & C : Lebih umum digunakan pada kehamilan mola di

mana kesuburan diinginkan, meskipun demikian,

pemantauan pasca-D&C sangat penting untuk memastikan

tidak ada kekambuhan penyakit.

2. Kemoterapi : Beberapa jenis GTN dapat diobati dengan

baik dengan kemoterapi, baik tunggal maupun gabungan.

Beberapa agen kemoterapi yang digunakan termasuk

18
methotrexate, etoposide, actinomycin D,

cyclophosphamide, cisplatin, dan vincristine.

3. Histerektomi : Dalam kasus kemoresistensi, penyakit parah,

dan keinginan untuk mempertahankan kesuburan,

histerektomi adalah pilihan pengobatan yang paling umum

digunakan. Beberapa perawatan kontroversial telah

disajikan dalam beberapa tahun terakhir, dan ini termasuk:

4. Kemoterapi Profilaksis : Penggunaan kemoterapi

profilaksis alih-alih memantau kadar hCG sampai kriteria

pembersihan penyakit terpenuhi akan mengurangi

penggunaan rejimen kemoterapi yang intens dan

meningkatkan kemungkinan penyembuhan total.

5. P & C kedua : Konsep modalitas ini adalah melakukan

P &C kedua setelah evakuasi kehamilan mola jika kadar

hCG tetap tidak meyakinkan. Namun, jika terdapat risiko

tinggi perforasi atau perdarahan uterus, D&C kedua tidak

boleh dilakukan.

6. GTN Tahan Obat : Sekitar 0,5-5% wanita mengalami GTN

resistensi obat dan, sayangnya, bisa meninggal akibatnya.

Pembrolizumab adalah salah satu obat yang dipelajari

untuk digunakan dalam kondisi ini, dan penelitian

menunjukkan bahwa itu merupakan pendekatan baru yang

berharga untuk mengobati GTN yang resistan terhadap

19
obat. Regimen lain yang lebih kompleks telah diusulkan,

namun ditemukan terkait dengan lebih banyak efek

samping, RCT yang lebih dirancang perlu dilakukan untuk

menilai kemanjurannya.

20
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Biodata Pasien

1. Data RM pasien

a. No.Rm : 01067178

b. Tanggal Mrs : 04 Januari 2023 Pukul : 11.20 wib

c. Tanggal Pengkajian : 20 Januari 2018 Pukul : 15.00 wib

2. Identitas

Istri Suami

a. Nama : Ny. S Tn. A

b. Umur : 34 Th 47 Th

c. Suku : melayu Domo

d. Agama : Islam Islam

e. Pendidikan : SMA SMA

f. Pekerjaan : IRT Buruh Tani

g. Alamat : Penyasawan Penyasawan

h. Jumlah anak : 3 orang

i. no. hp : 0823-3111-4321

B. Riwayat kehamilan dan Kontrasepsi

1. Gravida : G4P3A1H3

2. HPHT : 20 maret 2022

a. Anak pertama : laki2, usia skrg 20th, bb saat lahir 3000gram

lahir normal

21
b. Anak kedua perempuan, usia skrg 15th bb saat lahir

3200gram lahir normal

c. Anak ketiga laki2,usia sekarang 9th bb saat lahir 3100gram

lahir normal.

d. Kehamilan ke empat : terdiagnosa molahidatidosa.

(dilakukan kuretase 05 mei 2022).

3. Riwayat kontrasepsi : pasien memakai kb suntik 3 bulan sejak

kelahiran anak ke 3 saat usia ibu 31 tahun. Berhenti kb saat usia 32

tahun dan pada saat usia 33 tahun positif hamil ke 4 namun

terdiagnosa kehamilan mollahidatidosa.

C. Anamnesis

1. Subjektif (S)

a. Kepala pusing, mata kabur, kepala sakit, nafsu makan

berkurang sejak post kuret kehamilan ke empat terdiagnosa

molahidatidosa (dilakukan kuretase 05 mei 2022).

2. Objektif (O)

a. K/u : Tts ( Tampak sakit Sedang), Kes; composmentis

b.Tanda-tanda vital : TD : 143/93 mmHg


S : 36,2°C
N : 86x/i
R : 20x/i
c. Antropometri : TB Sekarang : 152 cm
BB Sekarang : 63 kg
d. Hasil Labor : leu : 8,13 ‘/ul hb : 11,4 gr/dl
trom : 271’/ul

22
e. X- poto thorax : cor : besar dan bentuk normal, pulmo
corakan bronkovaskular normal, infiltrat dengan noduler samar
dikedua paru diafragma dan sinus kostofrenikus.

f. CT scan kepala dengan kontras : chorio ca post craniotomy,


defect pada parietooccipitalis sinistra, lesi hipodens pada lobus
frontalis, ventrikel lateralis kiri terdesak dan
menyempit.kemsimpulan : SOL pada lobus frontalis dan
occipitoparietalis sinistra,susp, residif massa.
g. Hasil Pemeriksaan covid 19 : RT-PCR-SASR-CoV-2 Negatif.
h. Prosedur tindakan : terpasang infus Nacl 0.9%.

i. Penyinaran luar (ex) yang ke-7

3. Assesment (A)

a. Gtn stadium iv b (mastastase otak + choriocarcinoma)

BHCG :237.000 (10’/3)

4. Planning (P)

D. Riwayat penyakit

E. Pemeriksaan umum

F. Pemeriksaan fisik

1. Kepala : Kulit kepala bersih, rambut rontok dikit-dikit

2. Muka : Tidak pucat dan tidak ada edema

3. Mata :

1. Konjungtiva : pucat.

2. Sklera : berwarnah putih (normal).

23
4. Hidung : Bersih, tidak ada polip.

5. Mulut dan gigi : Bibir merah muda, caries dentis tidak ada,

6. Telinga : Simetris, bersih.

7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.

8. Ekstremitas : Tidak ada odema

9. Genitalia : bersih

G. Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium

a) Hemoglobin : 8,3 mg/dl

b) Leukosit :13,83

c) Trambosit : 259

24
BAB IV

PEMBAHASAN

Ny. S datang pada tanggal 04 januari 2023 pukul 11.20, dengan keluhan

nyeri hebat bagian perut dan pusing, pasien sebelumnya mengalami

molahidatidosa, setelah 8 bulan dari kasus itu pasien selalu merasa pusing dan

perut semangkin membesar, akhirnya pasien dirujuk ke RSUD Arifin Achmad

dan dilakukan pemeriksaan biopsy. Hasil dari pemeriksaan, pasien didiagnosa

penyakit GTN dengan kondisi sudah menyebar ke saraf kepala sehingga pasien

merasa pandangannya kabur, Pasien juga diterapi dengan sinar. Kondisi umum

pasien baik, Td : 120/80 mmHg, N : 82x/I RR : 20, Suhu :36,2 BAB dan BAK

lancar.

Pada laporan kasus ini membahas mengenai pasien Ny.S usia 34

tahun, Dengan diagnose GTN. Tanggal 16 Januari 2023 secara terperinci mulai

dari langkah pertama yaitu pengkajian data sampai dengan penatalaksanaan

sebagai langkah terakhir. Data objektif pada pasien dengan kasus gtn adalah hasil

pemeriksaan fisik dan TTV dalam batas normal, akan tetapi Klien S merasa

pusing karena habis sinar.

Menurut Nurwijaya (2020), Penyakit GTN merupakan penyakit yang

mengenai sel-sel trofoblas. Sel trofoblas banyak ditemukan pada wanita hamil, sel

trofoblas juga dapat ditemukan diluar kehamilan berupa teratoma dari ovarium,

karena itu penyakit trofoblas dalam kehamilan disebut Gestational Trophoblastic

Neoplasia. Penyakit trofoblas, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi.

25
Pada penyakit trofoblas dikenal dengan nama mola hidatidosa atau hamil anggur

(Prawirohardjo, 2018).

Gestasional Trophoblastic Neoplasia (GTN) merupakan suatu bentuk

keganasan ginekologi pada hidatidosa yang diakibatkan oleh adanya abnormalitas

proliferasi sel trofoblas. Adapun, beberapa faktor risiko yang memengaruhi

perkembangan GTN, diantaranya sosiodemografi, riwayat kehamilan sebelumnya,

dan proses invasi trofoblas (Martasdisoebrata, 2019).

Beberapa riwayat kehamilan berpengaruh terhadap pembentukan GTN,

diantaranya multiparitas, abortus, dan kehamilan mola. Pada wanita usia

produktif, kontrasepsi dapat menjadi salah satu faktor risiko terbentuknya dan

berkembangnya GTN, namun penelitian ini masih terbatas. Pekerjaan suami dapat

menjadi salah satu faktor risiko perkembangan GTN pada pasangannya. Tumor

trofoblas gestasional ditandai dengan satu atau lebih tanda gejala: (1) perdarahan

vagina yang tidak teratur, (2) kista teka lutein, (3) subinvolusi uterus atau

pembesaran uterus yang asimetris, dan/atau (4) peningkatan kadar b-hCG yang

persisten (Martasdisoebrata, 2019).

26
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mahasiswa mampu memberikan asuhan pada kasus GTN dan

di dapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang

pada Ny. S dengan melakukan pengkajian dan Pemantauan

dilakukan secara autoanamnesis pada kunjungan awal tanggal 16

Januari2023, TD: 120/80 MMhg, N:82x/menit S:36,2

Pernapasan:20x/menit BB:50 Kg, dan TB:136cm.

2. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan kasus pada Ny.S

3. Mahasiswa mampu menemukan persamaan antara teori dengan

kasus GTN, yaitu dalam teori pasien GTN dapat mengalami tanda

gejala pendarahan pervaginam dan nyeri bagian perut, sedangkang

dalam pengkajian yang di lakukan pada Ny.S, pasien mengatakan

sebelun di diagnosa GTN pasien mengalami pendarahan dan nyeri

pada perut.

B.Saran

1. Bagi RSUD AA Diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan

asuhan kebidanan yang lebih baik.

2. Bagi tenaga Pendidikan, Diharapkan dapat meningkatkan kualitas

pendidikan bagi mahasiswa dengan penyediaan fasilitas sarana dan

prasarana yang mendukung peningkatan kompetensi mahasiswa

27
sehingga dapat menghasilkan bidan yang berkualitas. Mampu

melakukan pendokumentasian secara baik dan benar.

3. Bagi pelayanan Kesehatan, Diharapkan dapat meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan agar masyarakat mendapatkan pelayanan

kesehatan yang lebih berkualitas. Terutama pada wanita yang

mengalami GTN.

28
DAFTAR PUSTAKA

Grimes DA. Epidemiologi penyakit trofoblas gestasional. Am J Obstet Gynecol.


1984 Oktober 01;150(3):309-18. [PubMed]

Hui P. Tumor Trofoblas Gestasional: Tinjauan Tepat Waktu tentang Patologi


Diagnostik. Arch Pathol Lab Med. 2019 Jan;143(1):65-74. [PubMed]

Lok C, Frijstein M, van Trommel N. Presentasi klinis dan diagnosis Penyakit


Trofoblas Gestasional. Praktik Terbaik Res Clin Obstet Gynaecol. Juli
2021;74:42-52. [PubMed]

Luiza JW, Taylor SE, Gao FF, Edwards RP. Tumor trofoblas situs plasenta: Kunci
algoritme imunohistokimia untuk diagnosis dan tinjauan literatur.
Perwakilan Kasus Gynecol Oncol 2014 Jan;7:13-5. [Artikel gratis PMC]
[PubMed]

Lurain JR. Penyakit trofoblas gestasional I: epidemiologi, patologi, presentasi


klinis dan diagnosis penyakit trofoblas gestasional, dan penatalaksanaan
mola hidatidosa. Am J Obstet Gynecol. Des 2010;203(6):531-9. [PubMed]

McDonald TW, Ruffolo EH. Manajemen modern penyakit trofoblas gestasional.


Obstet Ginekol Surv. 1983 Feb;38(2):67-83. [PubMed]

Niemann I, Vejerslev LO, Frøding L, Blaakær J, Maroun LL, Hansen ES, Grove
A, Lund H, Havsteen H, Sunde L. Penyakit trofoblas gestasional -
pedoman klinis untuk diagnosis, pengobatan, tindak lanjut, dan konseling.
Dan Med J. 2015 Nov;62(11):A5082. [PubMed]

Seckl MJ, Sebire NJ, Berkowitz RS. Penyakit trofoblas gestasional. Lanset. 2010
Agustus 28;376(9742):717-29. [PubMed]

Shaaban AM, Rezvani M, Haroun RR, Kennedy AM, Elsayes KM, Olpin JD,
Salama ME, Foster BR, Menias CO. Penyakit Trofoblas Gestasional: Fitur
Klinis dan Pencitraan. Radiografi. 2017 Mar-Apr;37(2):681-700.
[PubMed]

Yamamoto E, Nishino K, Niimi K, Ino K. Studi epidemiologi pada penyakit


trofoblas gestasional di Jepang. J Gynecol Oncol. 2022 Nov;33(6):e72.
[Artikel gratis PMC] [PubMed]

29
30

Anda mungkin juga menyukai